Rabu, 29 Oktober 2014


CARA BERFIKIR SEORANG MUKMIN DALAM 
MENGHADAPI HIDUP
Kehidupan adalah sesuatu yang mahal, yang harus dijalani dengan hati-hati, karena kehidupan ini akan berakhir pada 2 pilihan yaitu surga atau neraka. Kehidupan juga tidak akan pernah kembali, waktu yang telah berlalu tidak akan mungkin diulang kembali, walau sedetikpun. Oleh karena itu seorang mukmin harus mempunyai cara berfikir yang benar dalam menghadapi kehidupan dunia ini. Benarnya cara berfikir seseorang tersebut akan menghasilkan pula cara bersikap dan berperilaku yang benar. Demikian juga sebaliknya salahnya cara berfikir seseorang dalam menghadapi hidup juga akan menghasilkan sikap dan perilaku yang salah. Sikap dan perilaku seseorang itu sangat ditentukan oleh cara berfikirnya. Oleh karena itu kalau kita ingin mengubah perilaku seseorang, maka ubahlah lebih dulu cara berfikirnya.
Cara berfikir seorang mukmin yang benar dalam menghadapi kehidupan ada 2 macam yaitu :
1.   Cara berfikir TERBAIK
Ini adalah berangkat dari pertanyaan dasar yang mesti ada disetiap dada manusia. Pertanyaan tersebut adalah : UNTUK APA SAYA DICIPTAKAN OLEH ALLOH HIDUP DIDUNIA INI?
Dari pertanyaan ini maka jawabannya sudah jelas yaitu : tujuan hidup kita manusia diciptakan Alloh didunia adalah Hanya untuk beribadah kepada Alloh SWT. Sesuai firman Alloh SWT dalam Alqur’an surat Adzariyat ayat 56 :
“ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku “.

Jadi manusia hidup didunia hanya dengan satu tujuan yaitu untuk tunduk dan taat dalam semua sisi kehidupan dengan menjalankan syariat Alloh SWT. Itulah yang dimaksud ibadah.
Ketika seorang mukmin sudah memahami hal ini, maka dia harus berusaha menghadirkan pemahaman ini dalam setiap keadaan dan disemua tempat dia berada. Maka ketika seorang mukmin selalu sadar akan tujuan hidupnya untuk taat kepada Alloh, dan perasaan ini dijaga dan dihadirkan terus menerus disetiap keadaannya, maka akan lahir pada diri orang tersebut cara berfikir yang terbaik. Apa itu ? Yaitu cara berfikir yang selalu mendahulukan hak Alloh SWT dari pada hak dirinya sendiri. Atau dengan kata lain selalu berfikir mendahulukan kewajibannya kepada Alloh daripada hak dirinya sendiri.
Sebagai akibatnya maka orang tersebut akan berusaha selalu untuk menyempurnakan amal. Dia berusaha terus meneliti masih adakah kewajiban-kewajibanya yang belum terselesaikan atau belum diamalkan. Sehingga waktu bagi seorang mukmin hanyalah berpindahnya dari satu amal sholeh kepada amal sholeh berikutnya…betapa indahnya kalau kita memiliki cara berfikir yang seperti ini.
Kalau manusia selalu memenuhi kewajibannya kepada Alloh maka sudah tentu dan pasti Alloh SWT akan menyempurnakan hak-hak hamba tersebut, walau hamba tersebut tidak meminta sekalipun. Maka ini sesuai dengan hadist : “ Jagalah Alloh SWT maka pasti Alloh SWT akan menjagamu…”.  Baik dijaga dalam hal dunianya maupun dalam imannya. Imam Qotadah rohimahulloh mengatakan : “ ketika seseorang dijaga Alloh maka orang tersebut bersama pengawal yang tidak pernah tidur, bersama pasukan yang tidak akan terkalahkan dan bersama pemberi petunjuk yang tidak akan menyesatkan “..
Ketika seorang mukmin sudah memiliki cara berfikir terbaik ini, maka akan lahir pula pada dirinya cara bersikap dan perilaku yang terbaik. Yaitu dia akan merasakan semua bentuk ibadah kepada Alloh ( perintah atau larangan ) akan dia rasakan sebagai KEBUTUHAN dan bukan sebagai beban. Tapi sebaliknya jika dia cara berfikirnya terburuk yaitu mendahulukan hak dirinya dari pada kewajibannya kepada Alloh.  Maka orang tersebut akan merasakan semua bentuk ibadah adalah sebagai BEBAN.. walau itu ibadah paling ringan sekalipun akan dia rasakan sebagai beban.
Tapi seorang yang berfikirnya terbaik akan merasakan ibadah adalah kebutuhan, kita butuh untuk selamat dunia akhirat, kita butuh untuk bahagia dunia dan akhirat, maka kita harus taat dan tunduk kepada Alloh SWT. Sehingga seorang mukmin memahami waktu yang diberikan Alloh kepada dirinya adalah dimanfaat betul sebaik sebaiknya untuk beramal dan terus beramal dengan ikhlas dan sesuai sunnah. Waktu tidak dibuang percuma untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, apalagi untuk bermaksiat kepada Alloh SWT. Ini akan menghasilkan sikap istiqomah dan memperbaiki amal. Waktunya jadi sangat berharga, karena waktu tidak akan diulang kembali. Inilah yang dimaksud cara berfikir terbaik dalam menghadapi kehidupan.

2.  Cara berfikir CERDAS
Berangkat dari pertanyaan dasar yang mesti ada disetiap dada manusia yaitu : “ KEMANAKAH AKU SETELAH DARI DUNIA INI ?”.
Maka jawabannya adalah jelas, kita akan menuju ke negeri akhirat untuk mempertanggung jawabkan segala amal perbuatan yang telah kita kerjakan. Cara berfikir cerdas juga berangkat dari hadist sohih : “ Al-Kayyisu man daana nafsahu wa amila lima ba’dal maut..”
Artinya : “ orang yang cerdas adalah orang yang selalu intropeksi terhadap dirinya atau jiwanya, dan dia selalu beramal untuk kepentingan sesudah matinya..”. juga dari firman Alloh SWT dalam Al-qur’an surat Al-Hasyr ayat 18 :
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Alloh dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dipersiapkan untuk hari esok ( akhirat ). Dan bertaqwalah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh akan mengabarkan apa yang telah kamu kerjakan “. ( QS. 59 : 18 ).
Jadi cara berfikir cerdas adalah seorang mukmin sadar bahwa hidup didunia adalah sementara dan nanti akan berangkat menuju ke akhirat. Maka dia hidup didunia akan berusaha mencari bekal untuk persiapan hari akhiratnya. Dan bekal tersebut adalah taqwa ( tunduk dan taat kepada Alloh ). Dalam surat Al-Hasyr ayat 18 diatas, Alloh sebenarnya memerintahkan orang yang beriman untuk merencanakan dengan perencanaan matang akan keselamatan hari akhiratnya. Yaitu dengan meningkatkan amal sejak dia hidup didunia ini. Amalnya makin disempurnakan dan makin meningkat dari waktu ke waktu.
Yang kita herankan adalah kenapa kalau untuk urusan dunia, manusia demikian merencanakan dengan sungguh-sungguh dan rinci, bahkan terkadang untuk waktu yang belum datang saja segala keinginan dunianya sudah terinci memenuhi kepalanya. Tapi kenapa kalau untuk urusan akhiratnya ndak pernah terfikir dan terencana sama sekali… apakah ini bukan sesuatu yang mengherankan?. Padahal hidup ini akan menuju ke akhirat..
Maka seorang yang berfikiran cerdas adalah dia akan berusaha sungguh-sungguh dan merencanakan bekal akhiratnya dengan terus menerus meningkatkan amal, mencintai akhirat dan mengurangi kecintaannya kepada dunia.  Sesuai firman Alloh SWY dalam Al-qur’an surat Al-Isroo’ ayat 19 :
Artinya : “ Barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha kearah sana dengan sungguh-sungguh dan dia adalah mukmin, maka mereka itulah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik “. ( QS : 17 : 19 ).
Dari ayat diatas, supaya kita bisa mendapatkan kebahagiaan akhirat maka syaratnya dua yaitu :
1.   Berusaha dengan sungguh-sungguh ( bukan sekedar ingin saja tapi diiringi dengan usaha sungguh-sungguh ).
2.   Beriman ( imannya kepada Alloh bersih dari kekafiran dan kemusyrikan, imannya pada Rosul dengan cara mengikuti sunnah, bersih dari bid’ah ).

Demikianlah yang dimaksud cara berfikir cerdas.. sebagaimana perkataan sohabat Umar bin Khottob RA. : “ hisablah dirimu sebelum kamu dihisab...”
Dalam hadist riwayat Imam Attitrmidzi Rosulloh SAW bersabda :
" Orang yg takut pada Alloh akan persiapan lebih awal, orang yg berangkat lebih awal akan lebih dulu sampai, sesungguhnya dagangan Alloh itu mahal, sesungguhnya dagangan Alloh itu Surga ".
Ini akan menghasilkan pada diri seorang mukmin, jiwa yang semangat dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan perintah Alloh maupun menjauhi laranganNYA. 

0 komentar:

Posting Komentar