Jumat, 12 Juni 2009

Dunia Hanyalah Persinggahan...

Kata-kata Mutiara tentang kehidupan dunia :

Rosululloh SAW bersabda : “ Perumpamaanku untuk kehidupan dunia ini adalah seperti seorang musafir yang beristirahat dalam perjalanannya dibawah sebuah pohon yang teduh dan kemudian meninggalkannya “ ( HR. Ahmad dan Attirmidzi ),

Rosululloh SAW bersabda : “ Jadilah kamu didunia seperti seorang asing atau seorang pengembara “ ( HR. Mutafaqun alaih ).

Amir bin Abdullah r.a. berkata : “ Kehidupan dunia dan kehidupan akhirat dalam hati seseorang, adalah laksana sebuah neraca timbangan, jika salah satunya lebih berat maka lain akan menjadi lebih ringan “.

Abdullah bin Umar r.a. berkata : “ Kehidupan dunia adalah surga bagi orang-orang kafir dan penjara bagi orang-orang yang bertaqwa. Ketika orang yang bertaqwa meninggal dunia, ia merasa dirinya bagaikan narapidana yang bebas dari penjara…”

Yahya bin Muadz r.a. berkata : “ Aku tidak memerintahkan kamu untuk meninggalkan kehidupan dunia, tetapi aku memintamu untuk meninggalkan dosa, Mengabaikan kehidupan dunia adalah suatu kebajikan tetapi meninggalkan dosa adalah kewajiban..”

Seorang sholih berkata : “ Hati-hatilah terhadap kehidupan dunia karena pesonanya lebih hebat dari Harut dan Marut. Harut dan Marut memisahkan seorang suami dari istrinya sementara kehidupan dunia memisahkan manusia dari Tuhannya “.

Al-Hasan Rahimahullah berkata : “ Berhati-hatilah akan godaan dunia yang sedemikian banyaknya, jika seseorang membuka satu pintu dari godaan tersebut, maka pintu itu akan membuka sepuluh pintu lainnya “.

Fudail bin Iyadh rahimahullah berkata : “ Alloh SWT menjadikan semua hal-hal buruk berkumpul dalam sebuah rumah dan membuat cinta dunia sebagai pintunya. Dan Alloh SWT menjadikan semua hal-hal yang baik berlumpul dalam sebuah rumah dan membuat cinta akhirat sebagai pintunya”.

Ibnu Sammak rahimahullah berkata : “ Barangsiapa yang mencicipi manisnya kehidupan dunia karena ia condong kepadanya, maka ia juga akan mencicipi pahitnya kehidupan akhirat karena ia menjauhinya “.

Salamah bin Dinar rahimahullah berkata : “ Jika kamu merasa puas akan kehidupan dunia dengan hal-hal yang cukup bagimu, maka yang sedikit adalah cukup. Tetapi jika kamu tidak puas dengan apa yang cukup bagimu maka tidak ada apapun yang dapat memuaskan dirimu “.

Sufyan Atsauri rahimahullah berkata : “ Waspadalah terhadap murka Alloh dalam tiga hal, yaitu mengabaikan perintahNYA, merasa tidak puas terhadap apa yang Dia berikan kepadamu sebagai rizkimu dan marah kepada Alloh ketika keinginan duniamu tidak terpenuhi “.

Ibnu Iyadh rahimahullah berkata : “ Datang ke dunia ini adalah hal yang sangat mudah tetapi meninggalkan dunia adalah hal yang sangat sulit “.

Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkata : “ Kehidupan dunia ini bukanlah tempat tinggalmu yang abadi karena Alloh telah menjadikan dunia ini akan berakhir dan semua penghuninya harus meninggalkannya. Berapa banyak daerah yang berpenduduk akan menjadi tempat yang sunyi dan lengang. Oleh karena itu kalian harus meninggalkan dunia ini dengan cara terbaik yang kalian bisa dan dengan perbekalan terbaik yaitu taqwa “.

Seorang laki-laki bertanya kepada Fudail bin Iyadh, “ apa kabar ? “ ia menjawab : jika kamu bertanya mengenai kehidupan dunia , kehidupan dunia telah membuat kita menyimpang dari jalan yang benar dan membawa kita ke berbagai arah. Dan jika anda bertanya mengenai kehidupan akhirat, maka lihatlah, bagaimana manusia yang dosanya berlipat-lipat, yang amalan-amalannya menjadi lemah, yang masa hidupnya berlalu, mereka tidak menyiapkan perbekalan untuk akhirat dan tidak mempersiapkan dirinya untuk kematian “.

Yahya bin Muadz r.a. berkata : “ Wahai manusia, engkau mencari sesuatu dalam kehidupan ini, seolah-olah itu adalah hal yang sangat penting bagimu. Sementara engkau mencari akhiratmu seolah-olah engkau tidak membutuhkannya…”.

Seorang laki-laki bertanya kepada Hatim Al ‘Asam : “ Apa yang mendasarkan ketergantunganmu kepada Alloh ?, ia menjawab : “Pada empat hal yaitu, Aku tahu bahwa rezekiku tidak mungkin dimakan orang lain dan aku yakin akan hal itu. Aku tahu bahwa kewajibanku tidak akan dikerjakan oleh orang lain jadi aku sibuk melakukan kewajibanku. Aku tahu bahwa kematian akan datang menjemputku sehingga aku mempersiapkan diriku untuk itu dan Aku tahu bahwa aku selalu berada dalam pandangan Alloh sehingga aku selalu malu terhadap-NYA “.

Ibnu Mas’ud r.a. berkata : “ Dalam kehidupan dunia ini, setiap orang adalah tamu dan kekayaan adalah pinjaman. Tamu itu akan pergi dan pinjaman itu akan dikembalikan “.

Seorang sholih berkata : “ Wahai engkau yang telah menikmati indahnya kenikmatan dunia, dan selalu membuka matanya untuk itu, Engkau telah kehilangan masa hidupmu untuk mencari apa yang tidak akan pernah engkau dapatkan. Jadi, apa yang akan engkau katakan dihadapan Alloh ketika engkau menemui-NYA ? “.

Masriq bin Al-Ajda membawa saudaranya ke sebuah tempat pembuangan sampah, dan ia berkata kepadanya, “ inilah kehidupan dunia, orang memakan makanannya dan menghabiskannya, memakai pakaian dan memakainya sampai aus, menumpahkan darah didalamnya, menganggap pelanggaran sebagai suatu hal yang diperbolehkan dan merusak ikatan persaudaraan “.

Seorang sholih berkata : “ Wahai engkau yang mencintai kesenangan-kesenangan dunia ini, janganlah merasa bahagia untuk hal itu, karena hidup berubah dengan sangat cepat. Berapa banyak manusia yang meminum obat dan menyebabkan kematiannya dan berapa banyak orang yang menjaga dirinya dengan pedang dan akhirnya terbunuh oleh pedangnya itu sendiri “.

Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata : “ Aku terheran-heran melihat orang-orang yang telah diperintahkan untuk mempersiapkan perbekalan mereka, dan awal perjalanan mereka telah diumumkan. Tetapi mereka tetap tidak memperdulikannya dan menghabiskan waktu dalam pembicaraan yang tidak ada gunanya dan amalan yang tidak bermanfaat “.

Al-Hasan rahimahullah berkata : “ Betapa mengherankan bahwa seseorang tertawa-tawa sementara ia yakin akan neraka, dan ia bersenang-senang padahal ia yakin akan kematian “.

Seorang sholih berkata : “ Saudara-saudaraku, hidup ini sangatlah pendek dan orang yang terkaya di dunia ini adalah yang termiskin. Anda harus bangun dari tidur panjang ini dan melepaskan kecintaan akan kehidupan dunia. Suatu saat kehidupan ini akan berakhir dan kehidupan akhirat akan datang. Apa yang tadinya terlihat begitu jauh, maka akan menjadi begitu dekat. Apa yang anda lihat pada orang lain ( kematian ) maka itu akan terjadi pada diri anda. Kematian itu tiba-tiba. Berapa banyak orang yang tertawa-tawa pada hari maut akan menjemputnya, berapa banyak pengantin yang duduk dipelaminan pada saat maut datang dihari pernikahannya. Ini adalah pelajaran yang sangat berharga, tetapi kita sering lengah, acuh tak acuh dan sibuk dalam kubangan dosa “.

Muhammad bin Wasi’ rahimahullah berkata : “ Bukankah aneh jika kita melihat seseorang menangis di surga ? “ Orang-orang berkata : “ ya “. Ia menambahkan : “ lebih aneh lagi jika kita melihat seseorang tertawa dikehidupan dunia ini sementara ia tidak tahu nasibnya sendiri “.

Abu Hurairah r.a. berkata : “ Engkau tidak sungguh-sungguh dengan dirimu sendiri, karena engkau mengharapkan apa-apa yang engkau tidak berusaha mencapainya, engkau mengumpulkan kekayaan yang tidak engkau miliki dan engkau membangun rumah yang tidak akan engkau tinggali “.

Hasan Al-Bashri menulis surat kepada Umar bin Abdul Aziz rahimahullah : “ Kehidupan didunia ini adalah rumah sementara dan bukan rumah abadi. Nabi Adam dikirim ke dunia ini sebagai hukuman untuknya, jadi waspadalah. Bekal terbaik yang harus dibawa dari kehidupan ini adalah untuk melepaskannya dan yang paling baik dari kekayaannya adalah kemiskinan didalamnya. Kekayaan akan mempermalukan manusia yang membanggakannya, dan memiskinkan manusia yang mengumpulkannya. Harta bagaikan racun yang dimakan oleh orang yang mengabaikannya dan itu menyebabkan kematiannya. Waspadalah akan kehidupan yang congkak dan menipu, kehidupan dunia ini bagaikan pengantin wanita yang membuat mata semua orang tertuju kepadanya, dan semua hati mengungkapkan cinta yang mendalam, lalu pengantin itu membunuh siapapun yang menikahinya. Seseorang mungkin akan mendapatkan apa yang ia inginkan dari kehidupan ini, membuat dirinya sibuk dengan kesenangan tersebut dan melupakan akhirat sampai ia tersandung. Ia kemudian akan merasa sedih dan menyesalinya dan meninggalkannya tanpa mempersiapkan bekal apapun untuk akhiratnya”.

At-Taymi rahimahullah berkata : “ Perbedaan antara dirimu dengan orang-orang yang bertaqwa adalah ketika kesenangan hidup mendatangi mereka, mereka menjauhinya, sementara engkau mengikutinya ketika kesenangan hidup itu menjauhimu “.

Abu Darda’ r.a. berkata : “ Aku mencintai kemiskinan karena untuk tetap rendah hati dihadapan Tuhanku. Aku mencintai kematian karena aku rindu ingin bertemu dengan Tuhanku dan aku mencintai kesakitan karena untuk menghapus dosa-dosaku. Sebelum masuk islam aku adalah seorang pedagang dan setelah masuk islam aku begitu sibuk dengan perdagangan dan ibadah, tetapi begitu sulit bagiku untuk menggabungkan keduanya sehingga aku meninggalkan berdagang dan berpaling pada ibadah “.

Seorang sholih berkata : “ Kita mencari empat ujung tetapi kita mengambil cara yang salah. Kita mencari kekayaan dalam uang, sementara kekayaan ada dalam rasa syukur. Kita mencari kenyamanan dalam kemewahan, sementara kenyamanan ada pada kesederhanaan. Kita mencari harga diri dan kemuliaan pada pandangan orang, padahal harga diri berada dalam kesholihan. Kita mencari kesenangan pada makanan, minuman, pakaian dan rumah padahal kesenangan itu ada dalam Islam “.

Dzunnun Al-Misri rahimahullah berkata : “ Penyakit pada tubuh adalah penyakit fisik dan penyakit hati adalah dosa-dosa. Makanan yang lezat tidak memberi faedah ketika tubuh orang itu sakit. Demikian pula hati tidak dapat menikmati manisnya ibadah, jika hati itu penuh dengan dosa “.

Nabi Isa a.s. berkata : “ Laluilah kehidupan dunia ini dan janganlah engkau membangunnya. Apakah orang yang berakal akan membangun sebuah rumah diatas gelombang laut ? itulah hakekat kehidupan dunia ini, jangan jadikan kehidupan ini sebagai rumah tempat tinggal kita “.

Semoga bermanfaat wahai saudaraku…


Rabu, 06 Mei 2009

Dan cambuk itu adalah rasa takut kepada Alloh SWT...

Rasa takut kepada Alloh disebut dengan khouf. Rasa takut kepada Alloh SWT berbeda dengan rasa takut kepada makhluk. Seseorang yang takut kepada makhluk misalnya hewan buas, maka dia akan berusaha untuk lari menjauhinya. Tapi berbeda dengan seseorang yang takut kepada Alloh SWT, maka dia akan mendekatkan dirinya kepada Alloh ( muroqobah ilalloh ).

Abu Hafsh Rohimahulloh berkata : ` Khauf adalah cambuk Alloh untuk menggiring kembali orang-orang yang meninggalkan pintu-NYA, dia adalah pelita dalam hati, yang dengannya seseorang bisa melihat kebaikan dan keburukan `.

Ilmu dengan Takut kepada Alloh SWT.

Rasa takut ( khouf ) kepada Alloh sangat dipengaruhi oleh kadar makrifat ( pengetahuan ) seseorang terhadap Alloh SWT. Semakin tinggi makrifat seorang hamba terhadap Alloh maka semakin tinggi pula kadar rasa takut dia terhadap Alloh SWT. Yang dimaksud makrifat adalah Tauhid ( Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Asma` wa Sifat ). Semakin seseorang lurus pemahaman tauhidnya, bersih dari kesyirikan dan dia amalkan konsekwensi tauhid tersebut, maka sudah pasti akan semakin bertambah rasa takutnya kepada Alloh SWT. Semakin bertambah ilmunya tentang Tauhid, maka akan semakin bertambah pula takutnya kepada Alloh SWT. Itulah sebabnya Alloh SWT menyebutkan didalam Alqur`an bahwa orang yang paling takut diantara hamba-hamba Alloh, adalah para Ulama ( tentunya ulama yang lurus, bukan ulama su`/ buruk ).

Firman Alloh SWT :

`… Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah Ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun ( Q.S. Fathiir : 28 ).

Abdullah bin Mas`ud RA. ketika menafsirkan ayat diatas, beliau mengatakan : ` yang disebut ilmu bukanlah banyaknya perkataan, tapi yang disebut ilmu adalah banyaknya rasa takut kepada Alloh SWT.`

Rosululloh SAW. Bersabda : ` Sesungguhnya aku adalah orang yang paling bertaqwa kepada Alloh diantara kalian, dan aku adalah orang yang paling takut kepada Alloh diantara kalian. Sekiranya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis `.

Jadi semakin bertambah ilmu dan ketaqwaan seseorang, seharusnya akan bertambah pula rasa takutnya kepada Alloh. Kalau kenyataannya terbalik, maka sebenarnya orang tersebut bukanlah orang yang berilmu meskipun dia pandai berbicara dan disebut ulama oleh manusia.

Rasa takut kepada Alloh ada 2 macam :

  1. Rasa takut yang wajib dimiliki oleh seorang mukmin :

Yaitu takut kepada azab Alloh SWT. Atau takut kepada ancaman dan siksa Alloh SWT. didunia maupun diakhirat. Rasa takut ini wajib dimiliki oleh seorang mukmin sebagai konsekwensi dari imannya kepada Alloh SWT. Dengan takut kepada azab dan siksaan Alloh, akan menjadikan dia MENJAUHI DAN MENINGGALKAN larangan-larangan Alloh SWT, baik berbentuk dosa dan maksiat yang dhohir maupun yang batin. Atau akan menjadikan dia MELAKSANAKAN DAN TAAT kepada apa yang diperintahkan Alloh baik yang dhohir maupun batin.

Alloh SWT berfirman : ` Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati Karena takut akan (azab) Tuhan mereka `. ( Q.S. AlMukminun : 57 ).

Buah dari takut kepada azab Alloh adalah sikap hati-hati ( waro` ), artinya sebelum seseorang melakukan sesuatu maka dia akan berfikir berkali-kali akan akibat perbuatannya diakhirat. Seperti berhati-hatinya orang yang berjalan diatas jalan yang penuh dengan duri.

Dan terhadap dosa-dosa yang telah dia lakukan, sebagai konsekwensi rasa takutnya kepada azab Alloh, maka akan membuat seorang mukmin memohon ampunan ( bertaubat ), selalu beristighfar dan berjanji tidak akan mengulangi kembali perbuatan dosa tersebut.

Pada puncak rasa takutnya, akan menghasilkan tetesan air mata penyesalan dan permohonan ampun kepada Alloh.

  1. Rasa takut yang lebih tinggi, yang itu lebih utama untuk dimiliki seorang mukmin :

Yaitu takut kalau amal-amal kebaikannya tidak diterima oleh Alloh SWT. ini adalah tingkatan rasa takut yang lebih tinggi. Tidak diterimanya amal bisa disebabkan karena 2 sebab : karena tidak ikhlas niatnya atau karena tidak mengikuti sunnah dalam melakukan amal tersebut. Maka orang yang lebih utama adalah orang yang selalu merasa takut kalau-kalau amal-amal kebaikannya tidak diterima oleh Alloh karena tidak memenuhi syarat diatas.

Firman Alloh SWT : ` Dan orang-orang yang memberikan apa yang Telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka[1008], ` ( Q.S. AlMukminuun : 60 ).

[1008] Maksudnya: Karena tahu bahwa mereka akan kembali kepada Tuhan untuk dihisab, Maka mereka khawatir kalau-kalau pemberian-pemberian (sedekah-sedekah) yang mereka berikan, dan amal ibadah yang mereka kerjakan itu tidak diterima Tuhan.

` Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya[1009].` ( Q.S. AlMukminuun : 61 ).

[1009] Maksudnya: Itulah yang bersegera untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan, dan kebaikan-kebaikan itu akan diberikan kepeda mereka dengan segera sejak di dunia ini.

Attirmidzi dan imam Ahmad meriwayatkan, Ketika firman Alloh tersebut diatas turun, Aisyah RA. bertanya kepada Rosululloh : ` apakah yang dimaksud oleh ayat itu adalah orang yang berdosa , berzina, minum khomr, mencuri dan mereka takut akan dosanya ?

Rosululloh SAW. menjawab : ` bukan, tapi dia adalah orang yang puasa, sholat dan mengeluarkan shodaqoh sedang dia takut kalau amal-amalnya tersebut tidak diterima oleh Alloh SWT.

Al-Hasan RA. berkata tentang ayat diatas : ` Demi Alloh, mereka itu adalah orang-orang yang melakukan berbagai macam ketaatan dan berusaha untuk itu, sedang mereka takut kalau amalnya tertolak. ` Sesungguhnya orang mukmin itu menghimpun dalam hatinya 2 perkara yaitu kebajikan dan rasa takut, sedangkan orang munafik itu menghimpun dalam hatinya 2 perkara juga yaitu kejahatan dan rasa aman`.

Maka puncaknya rasa takut akan hal ini adalah tetesan air mata juga, yaitu harapan agar amal ini diterima oleh Alloh SWT.

Alloh SWT. memberi kabar gembira kepada orang-orang yang selalu merasa takut akan azab Alloh dan takut akan amal-amalnya ini, sebagai orang yang akan MENDAPATKANKAN KEBAIKAN-KEBAIKAN DAN AKAN SEGERA MEMPEROLEHNYA ( lihat Q.S AlMukminuun : 61 ).

Coba renungkan…. Kabar gembira mana yang lebih menggembirakan dari pada kabar seperti ini. Kalau kita misalnya diberi kabar gembira akan mendapat hadiah atau uang yang banyak, itu hanyalah kegembiraan yang sesaat, karena kalau harta atau uang itu habis maka kegembiraan itu akan sirna. Tapi kalau kita mendapat kabar kalau akan mendapatkan kebaikan-kebaikan dan akan segera memperolehnya, maka ini adalah kegembiraan yang hakiki, kegembiraan yang sebenarnya. Karena dia tidak akan pernah habis, kebaikan ini akan terus mengalir baik di dunia maupun diakhirat, Apalagi yang memberi kabar adalah zat yang jiwa kita ada dalam genggamanNYA.

CONTOH TELADAN DARI PARA SALAFUSSHOLIH :

- Kisah Umar bin Abdul Aziz Rohimahulloh :

Suatu hari dalam perjalanannya Umar bin Abdul Aziz Rohimahulloh bermalam dirumah sahabatnya. Pada waktu itu, beliau disuruh menempati ruang loteng dibagian atas sedang sahabatnya menempati ruangan dibawahnya. Ketika tengah malam, sahabatnya terbangun karena dikejutkan oleh tetesan air yang menetes dari langit-langit kamarnya. Maka dia kemudian menelusuri dari mana air ini berasal, padahal waktu itu tidak ada hujan. Ternyata tetesan air tersebut berasal dari kamar yang dihuni Umar bin Abdul Aziz RA. Sahabatnya kemudian melihatnya, ternyata Umar bin Abdul Aziz sedang sujud dalam keadaan menangis…

- Kisah Abdulloh bin Mubarok Rahimahulloh :

Pada suatu hari, dalam perjalanan jauh menyusuri padang pasir yang luas terlihat serombongan kafilah yang sedang mengarunginya. Dalam rombongan tersebut terdapat Abdulloh bin Mubarok didalamnya. Beliau seorang Tabiin yang sholih. Ketika malam telah tiba, maka rombongan tersebutpun bermalam dengan membuat tenda sederhana dan menyalakan lampu atau api. Tiba-tiba datang angin padang pasir yang bertiup kencang disertai badai pasir. Sehingga seketika lampu atau api unggun itu menjadi padam. Maka orang-orang dalam rombongan itu pada ramai bersegera untuk menyalakan kembali api atau lampu. Setelah lampu kembali menyala, terlihat muka dan jenggot Abdullah bin Mubarok basah oleh air mata, maka akhirnya beliau ditanya oleh sahabatnya yang lain, kenapa engkau menangis wahai Abdulloh? Maka Abdulloh menjawab : ` ketika lampu mati dan gelap, aku teringat akan kegelapan neraka…

- Rata-rata hampir semua sahabat Rosululloh, wajah mereka seperti ada bekas garis menghitam yang disebabkan karena banyaknya mereka menangisi dosa-dosanya.

Wahai Saudaraku, jadilah engkau orang yang PENAKUT… tapi bukan penakut kepada makhluk melainkan penakut kepada Alloh SWT. Orang yang selalu takut kepada Alloh, justru tidak akan takut kepada manusia. Rosululloh dan para sohabat adalah profil orang-orang yang takut kepada Alloh tapi tidak takut kepada musuh. Mereka digambarkan kalau siang hari bagaikan singa, tapi kalau dimalam hari bagaikan rahib-rahib ( banyak beribadah dan banyak menangisi dosa ).

Firman Alloh SWT : ` Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.` ( Q.S. Ali Imron : 175 ).

Sesungguhnya wahai Saudaraku… rasa takut kepada Alloh itu akan menghidupkan hati dan melembutkannya. Ia adalah pelita, yang dengannya engkau akan melihat kebaikan dan keburukan dengan jelas …

Demikianlah … semoga membawa manfaat.

Kamis, 26 Maret 2009

RENUNGKANLAH TENTANG WAKTU…

Sesungguhnya Alloh SWT. Telah bersumpah tentang pentingnya waktu, yaitu pada surat Al-Ashr ayat 1-3. Yang artinya : “ Demi waktu. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholih dan saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran “.

Marilah kita renungkan surat ini, yang sampai-sampai Imam Syafii rahimahulloh mengatakan : “ Jika seandainya Alloh tidak menurunkan Alqur’an melainkan hanya surat ini, maka itu sudah mencukupi bagi manusia “.

Wahai Saudaraku, renungkanlah,… Sungguh tidak terasa sekarang umur kita sudah tua. Kemarin seakan-akan kita masih muda atau masih kecil. Kemarin kita masih bersama dengan keluarga atau orang-orang yang kita cintai yang hari ini ternyata telah pergi untuk selamanya. Waktu berjalan begitu cepat dan cepat sekali,… tidak pernah kompromi dan tidak pernah berhenti walau sedetikpun. Maka kira-kira, SUDAHKAH KITA KUMPULKAN BEKAL UNTUK AKHIRAT KITA ?... SEKALI LAGI SUDAHKAH KITA PERSIAPKAN AKHIRAT KITA ?.. SUDAHKAH ?
Sementara detik demi detik umur kita makin habis, SEBAGAIMANA HABISNYA OBAT NYAMUK BAKAR SEDIKIT DEMI SEDIKIT…

Wahai jiwa betapa terlalainya diri ini…
Wahai jiwa betapa terlalainya diri ini oleh silaunya gemerlapan dunia, yang sebenarnya dia akan kita tinggalkan.. Betapa terkuburnya diri kita oleh pusaran dunia dengan segala ikatan yang ada didalamnya.

Demi Alloh,… Alloh SWT dengan sifat ARRAHMAN dan ARRAHIM nya mengingatkan kita akan hal ini.. Sesungguhnya kerugian manusia diakhirat adalah diakibatkan oleh TIDAK BISANYA MANUSIA MENGGUNAKAN WAKTUNYA ketika masih hidup di dunia. Cobalah renungkan…kita akan mengakui kesalahan ini.. itulah sebabnya para penghuni neraka kelak minta untuk dikembalikan ke dunia walau sebentar UNTUK APA ..? yaitu untuk beramal sholih, YA WALAUPUN HANYA SEBENTAR…
Firman Alloh SWT : " Atau supaya jangan ada yang berkata ketika ia melihat azab 'Kalau sekiranya aku dapat kemnbali (ke dunia), niscaya aku akan termasuk orang-orang berbuat baik' ( Q.S. Azzumar : 58 ).

Saya buat perumpamaan misalnya umur kita 63 tahun, dikurangi masa kecil sampai baligh ( 15 tahun ). Maka umur kita yang dihisab 48 tahun…Jika seandainya kita buat tabel sbb :

Umur yang dihisab = 48 tahun
1. Sholat dan baca Alqur’an + ibadah nawafil misalnya
total 1 jam perhari maka dalam 48 tahun = 1/24 x 48 = 2 tahun
2. Untuk tidur setiap hari 8 jam maka dalam 48 tahun = 8/24 x 48 = 16 tahun
3. Untuk bekerja 8 jam perhari maka dalam 48 tahun = 8/24 x 48 = 16 tahun
4. Untuk aktifitas mubah 4 jam perhari = 4/24 x 48 = 8 tahun


Coba bayangkan… waktu kita yang 48 tahun itu, yang kita gunakan untuk sholat dan ibadah yang lain hanya 2 tahun saja ( itupun kalau sholat kita ikhlas dan mengikuti sunnah ), untuk no. 3 dan 4 akan bernilai ibadah kalau kita mampu terjaga dari dosa dan mengikuti syariat dalam melakukanya…padahal kalau kita akui kita masih banyak menghabiskan waktu untuk hal-hal yang mubah bahkan kadang untuk dosa dan maksaiat.. .
Maka kalau kita disebut dalam keadaan rugi, itu memang BETUL....

Tapi Alloh SWT memberitahu, bahwa orang-orang yang tidak akan mengalami kerugian adalah mereka yang menggunakan waktunya dengan maksimal untuk 4 perkara yaitu IMAN, AMAL SHOLIH, NASEHAT DALAM KEBENARAN dan NASEHAT DALAM KESABARAN. Hanya itu,… Ya hanya itulah orang yang tidak akan rugi dalam menempuh kehidupannya.

Sadarilah wahai Saudaraku.… nikmat nafas ini adalah nikmat yang sangat berharga, maka manfaatkanlah.. jangan sampai nafas-nafas kita, kita buang dengan percuma atau bahkan untuk dosa dan maksiat.
Para Salafussholih selalu menasehatkan akan masalah penggunaan waktu ini, diantara mereka mengatakan : “ Hari itu hanya ada 3 macam yaitu : Hari kemarin yang ada hanya penyesalan, Hari ini yang keadaanya tergantung dimanfaatkan atau tidak, dan Hari Esok pagi yang kita tidak tahu apakah kita akan bisa bertemu dengannya ataukah tidak “.

Maka Wahai Saudaraku, janganlah engkau tunda-tunda amal sholih,…. Apa yang bisa engkau kerjakan hari ini maka kerjakanlah, jangan engkau tunda esok pagi, karena kita belum tentu bertemu dengan hari esok pagi. Ingat waktu berjalan cepat sekali, kalau waktu kita biarkan berlalu dengan sia-sia maka yang ada hanya penyesalan di esok hari..

Paling banyak perkataan ahli Neraka kelak telah berada dalam neraka adalah kalimat PENYESALAN. Firman Alloh SWT : " Supaya jangan ada orang yang mengatakan: "Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah ) " ( Q.S. Azzumar : 56 ).

Maka Persiapkanlah wahai Saudaraku,… Gunakanlah waktu dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan akhiratmu... waktumu adalah mutiara sangat berharga yang diberikan Alloh kepadamu.

Wahai Saudaraku...
Kenapa kalau untuk urusan duniamu engkau rencanakan ( planning ) dengan rinci dan detail, untuk 1 tahun, 2 tahun atau bahkan 10 tahun ke depan saja itu sudah ada dikepalamu.. Tapi kenapa untuk urusan akhiratmu yaitu ibadahmu kepada Alloh tidak engkau planning dengan baik, dari hari ke hari kualitasnya ya itu itu saja, kenapa ?? Apakah engkau tidak sadar kalau hidupmu didunia hanyalah sementara, hanya seperti orang yang istirahat sebentar dibawah pohon yang kemudian akan melanjutkan perjalanan lagi.. Ingatlah, bahwa kita berpacu dengan waktu.
Wahai saudaraku… kita tidak tahu sampai kapan umur kita didunia, apakah masih lama ataukah mungkin HARI INI ADALAH HARI TERAKHIR KITA...Renungkanlah.

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita bersama…

Jumat, 13 Februari 2009

KETIKA MAUT ITU DATANG...

Menjelang wafatnya, Khalifah Umar bin 'Abd Al-Aziz, berdoa : "Ya Allah! Sembunyikanlah kematianku dari mereka, meski hanya sesaat." Istrinya Fatimah binti 'Abd Al-Malik bin Marwan juga mendengar lamat-lamat suara suaminya itu dari balik kamarnya yang berkubah. Umar berkata, "Negeri akhirat itu Kami jadikan bagi mereka yang tidak menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi, dan kesudahan yang baik adalah bagi mereka yang bertakwa" (Qur'an Surat Al-Qhashash ayat 83).

Para sahabatnya bertanya, "Wahai Amirul Mukminin! Berikanlah kepada kami perintah Tuan yang terakhir." Khalifah menjawab, "Kuperingatkan kalian akan kematian sebab kalian juga pasti akan menghadapinya."

Umar kemudian menangis. Dan seseorang bertanya, "Apa yang membuatmu menangis, wahai Amirul Mukminin? Bergembiralah, sebab melalui diri Anda, Allah telah menghidupkan kembali Sunnah-sunnah Nabi, dan menegakkan keadilan."

Khalifah yang dikenal sebagai pemimpin ummat yang adil itu tetap menangis, dan berkata, "Tidakkah aku akan diperintahkan berdiri dan aku akan dimintai pertanggungjawaban atas kekuasan yang kupegang terhadap mahluk-mahlukNya?
Demi Allah, seandainya aku telah berlaku adil kepada manusia, aku masih tetap khawatir bahwa jiwaku tidak akan mampu menyampaikan pembelaannya kecuali jika Allah mengizinkan pembelaannya. Lalu, bagaimana jika aku telah melakukan begitu banyak kekhilafan?" Air matanya berlinang.
Tak lama kemudian dia pun meninggal dunia.

Ketika Bilal mendekati kematiannya, istrinya meratap, "Ah, betapa malangnya!"
Tapi Bilal malah berkata, "Jangan mengeluh, tapi katakanlah Betapa bahagianya, sebab esok hari aku akan segera bertemu dengan orang-orang yang kucintai, Muhammad SAW dan para sahabatnya."

Ahmad bin Khidzrawaih, seorang sufi, tatkala menjelang ajalnya ditanya anaknya, dan dengan air mata berlinang dia berkata : "Wahai anakku! Pintu yang telah kuketuk selama sembilan puluh lima tahun kini telah terbuka. Akan tetapi aku belum tahu apakah dia terbuka demi kebahagiaan ataukah penderitaan. Jadi, bagaimana mungkin aku masih punya waktu untuk menjawab pertanyaanmu?"

Kematian, jenazah dan keranda sesungguhnya merupakan pelajaran bagi orang yang memiliki mata hati, dan padanya terdapat nasihat dan peringatan - kecuali bagi orang-orang yang lalai yang terbentuk karena perbuatan maksiat, dosa dan nista. Sebab itu, ketika melihat keranda yang diusung, hendaklah orang tidak lupa bahwa suatu saat dirinya yang akan diusung. Esok atau lusa.

Ibrahim Al-Zayyat tatkala melihat sekelompok orang sedang memohon rahmat Tuhan untuk orang yang telah meninggal, berkata : "Adalah lebih baik jika kalian memohon belas kasih untuk diri kalian sendiri. Ini karena orang yang meninggal dunia itu telah terbebas dari tiga hal yang menakutkan : melihat wajah Malaikat Maut yang kini telah dilihatnya, kepahitan maut yang sudah dia rasakan, dan takut terhadap maut yang sekarang dia telah terbebas darinya."

Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya perumpamaan seorang Mukmin di dunia bagaikan seorang bayi di dalam perut ibunya, yang menangis ketika dilahirkan tapi ketika melihat cahaya dan mulai menyusu, maka dia tak lagi berkehendak untuk kembali ke tempat tinggalnya yang lama.
Demikianlah pula halnya orang beriman. Dia menderita pada saat kematian, tapi ketika dia dibawa ke hadirat Tuhannya, dia tak lagi ingin kembali ke dunia seperti halnya seorang bayi yang tak ingin kembali ke dalam perut ibunya."

"Orang yang mati itu mengetahui siapa yang memandikannya, mengusungnya, dan meletakkannya ke dalam liang lahat," demikian sabda Rasulullah SAW sebagaimana disampaikan Abu Sa'id Al-Khudhri.

Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad bersabda, "Ketika seorang beriman telah berada di ambang ajalnya, dia didekati oleh malaikat yang membawa seikat daun selasih manis dan kain sutra yang diberi minyak wangi. Malaikat itu mencabut ruhnya seperti menarik sehelai rambut dari gumpalan tepung, dan kepadanya dikatakan, Wahai jiwa yang tenang! Keluarlah dalam keadaan rela dan diridhoi menuju rahmat dan kemuliaan Tuhanmu! Ruhnya yang telah dicabut itu ditempatkan di antara minyak wangi dan daun selasih manis itu, lalu kain sutra itu dilipat di atasnya, kemudian dibawa menuju Illiyin (sebuah tempat tertinggi di sorga).

"Sebaliknya, ketika seorang kafir telah mendekati ajalnya, malaikat datang dengan membawa bara api dan malaikat mencabut ruhnya dengan keras. Kepadanya dikatakan, Wahai jiwa yang keji! Yang membenci dan dibenci, keluarlah menemui kemurkaan Tuhan dan siksaNya. Ruh yang telah dicabut itu diletakkan di atas bara yang mendesis-desis itu dan kain hitam itupun dilipat di atasnya, lalu iapun dibawa menuju Sijjin. (sebuah tempat terendah di neraka)."

Di dalam kuburan, menurut Hudzaifah yang mengutip Rasulullah, seseorang akan dijepit sedemikian rupa sehingga tulang-tupang iganya akan remuk.

Anas berkata, "Ketika Zainab putri Rasulullah SAW meninggal dunia, dan dia adalah seorang perempuan yang sering menderita sakit, Rasulullah mengiringi jenazahnya, dan kami merasa sangat bersedih melihat keadaan beliau. Ketika kami tiba di tempat pemakaman, beliau turun ke dalamnya dan wajahnya menjadi pucat, tetapi ketika beliau keluar lagi, wajahnya bersinar-sinar. Wahai Rasulullah! Kami bertanya, kami melihat sesuatu terjadi pada dirimu. Apakah itu? Beliau menjawab, Aku ingat jepitan kubur yang akan dialami oleh putriku dan beratnya azab kubur. Akan tetapi, kemudian aku didatangi dan kepadaku disampaikan bahwa anakku telah diringankan oleh Allah dari hal itu. Namun jepitan yang telah diringkankan itu masih menyisakan suara jepitan yang terdengar dari timur sampai ke barat."



Janganlah su'udzon kepada Alloh SWT

Seberapa seringkah engkau marah kepada Alloh dan menyalahkanNYA? Seberapa seringkah engkau berpaling dan menuduh Alloh secara dholim? Padahal, Dia tetap memberimu rizki dan kekayaan, menjagamu dari musibah dan malapetaka. Tidakkah engkau tahu bahwa segala sesuatu telah tertulis di Lauhul Mahfudz?

Jika sesuatu sudah tiba waktunya untuk binasa maka ia akan binasa. Tidak ada yang bisa memajukan ataupun mengundurkannya. Waktu untuk bala’ tidak mungkin tertukar dengan waktu untuk nikmat. Keadaan fakir tidak mungkin tertukar dengan keadaan kaya.

Bersikaplah yang baik. Tetaplah dirimu dalam sabar dan ridho dan menyesuaikan diri dengan apa yang dikehendaki Alloh. Bertaubatlah dari kemarahan-kemarahanmu kepadaNYA, Bertaubatlah dari menyalahkanNYA. Sesungguhnya tidak ada peringatan ataupun musibah tanpa didahului oleh dosa-dosa sebelumnya.

Dialah Alloh yang selalu memberikan yang terbaik untuk hambaNYA, baik itu dalam bentuk kebaikan maupun dalam bentuk keburukan ( musibah ). Dialah yang mengetahui awal dan akhir segala sesuatu. Dialah Alloh yang pasti bijaksana dalam segala perbuatanNYA. Dialah yang maha sempurna. Tidak ada yang kurang dalam diriNYA.

Tunggulah terkuaknya jalan keluar setelah kamu maksimal berusaha, sekalipun dirimu belum bisa menyesuaikan diri dengan ketetapanNYA, belum mampu ridho dengan segala keputusanNYA.

Bersabarlah, sehingga datang apa-apa yang telah ditetapkanNYA untukmu, hingga masa sulit itu berlalu berganti dengan masa yang lain. Seperti berlalunya musim panas yang berganti dengan musim hujan, maka seperti itu juga malam akan digantikan oleh siang. Percuma saja kau mencari terangnya cahaya siang disaat malam gulita, bahkan gelapnya malam itu akan terus bertambah dan bukan berkurang, hingga puncak malam terlewatkan. Ketika fajar telah menjelang, saat itulah muncul cahaya siang yang kau cari-cari itu, tidak peduli apakah kau suka atau tidak suka akan kehadirannya, ia akan tetap bersinar. Jika pada saat itu kau ganti mencari gelapnya malam, maka harapanmu akan sia-sia, itu tidak akan pernah kau dapatkan. Sebab, dirimu mencari sesuatu tidak dalam tempat dan waktunya, engkau akan selalu kecewa.

Lepaskanlah keinginan-keinginanmu yang seperti itu. Tetaplah berdiri untuk menyesuaikan diri. Husnudhzonlah terhadap Tuhanmu. Bersabarlah dan itu lebih baik bagimu. Apa yang menjadi jatahmu tidak akan luput dari dirimu dan apa yang tidak menjadi bagianmu maka ia tidak akan datang kepadamu.

Saranku, sebaiknya engkau menghadap dan merendahkan diri dihadapan Tuhanmu, berdo’a dan bermohonlah kepadaNYA. Ini merupakan ibadah dan sesuai dengan perintahNYA :

“ Berdo’alah kepadaKU, niscaya akan Kuperkenankan bagimu “ ( AlMukmin : 60 ).

Dia juga berfirman :

“ Dan mohonlah kepada Alloh sebagian dari karuniaNYA” ( Annisa’ : 32 ).

Bila engkau berdo’a kepada Alloh, maka Alloh akan mengabulkannya bila Dia menghendaki. Ini lebih memberi manfaat bagimu baik di dunia maupun di akhirat.

Janganlah menggerutu jika do’amu lama tidak terkabul. Dan jangan pula kamu merasa jemu dalam menyeruNYA. Sedikitpun dirimu tidak akan dirugikan meski do’amu tidak dikabulkan dengan segera, tetapi kamu tetap mendapatkan pahala. Disebutkan dalam sebuah hadist shahih, Nabi SAW bersabda :

“ Seorang hamba melihat dalam lembaran-lembaran catatan amalnya pada hari kiamat beberapa kebaikan yang ia sendiri tidak mengenalnya. Maka dikatakan kepadanya : “ ini adalah permohonanmu ketika didunia yang tidak ditakdirkan utuk dikabulkan “.

Selanjutnya selalulah engkau berdzikir kepada Alloh, mentauhidkan DIA, janganlah meminta kepada siapapun selain Alloh. dalam setiap waktu, siang maupun malam keadaanmu pasti berada diantara dua hal, sehat atau sakit, bernasib baik atau buruk, sibuk atau senggang.

Jika takdir itu membawamu kepada kenikmatan maka yang perlu kamu lakukan adalah bersyukur dan memuji Alloh SWT, Dzat yang suka memberi tambahan bagi mereka yang bersyukur sebagaimana firmanNYA :

Dan ( ingatlah ) tatkala Tuhanmu memaklumkan, “ sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah ( nikmat ) kepadamu dan jika kamu mengingkari ( nikmatKU ) maka sesungguhnya adzabKU sangat pedih “. ( Ibrohim : 7 )

Jika takdir itu membawamu kepada keburukan, maka yang perlu engkau lakukan adalah bersabar dan berusaha menyesuaikan diri dengan takdirNYA dalam menunggu taufik, peneguhan, sholawat ( keberkahan ), rahmat, keutamaan, dan karunia dari Alloh SWT. Alloh berfirman :

Sesungguhnnya Alloh beserta orang-orang yang sabar “ ( AlBaqoroh : 153 ).

Ketenanganmu terhadap janji dan ancamanNYA, juga keridhoanmu terhadap keduanya akan membuat dirimu ditolong oleh Alloh, adapun sholawat ( keberkahan ) dan rahmat dari Alloh yang akan datang kepadamu. Maka dalilnya adalah :

“ Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan “ Innalillahi wa inna ilaihi rojiun “ mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk “ ( AlBaqoroh : 155-157 ).

Hal lain yang harus kamu lakukan adalah memohon dengan sangat kepada Alloh, yaitu berdo’a sepenuh hati dan merendahkan diri kepadaNYA sebagai bentuk penghormatan sekaligus pelaksanaan atas perintahNYA. Ini sudah semestinya, sebab Dia telah memerintahkanmu untuk menyeru dan bermohon kepadaNYA. Dia telah menjadikan do’amu sebagai alat yang menghubungkanmu dengan diriNYA, juga sebagai wasilah kepadaNYA.

Waspadalah agar dirimu tidak jatuh dalam kedholiman ( syirik, kufur dan dosa ) dan melampaui batas. Bila itu sampai terjadi pada dirimu, maka Alloh akan membinasakanmu dan Dia tidak akan peduli lagi kepadamu.

Seperti itulah yang telah Dia lakukan terhadap umat-umat terdahulu. Mereka ditimpa adzab dunia yang menghinakan dan adzab akhirat yang menyengsarakan.

Maka renungkanlah.. dan renungkanlah….wahai hamba Alloh...

Siapakah sebenarnya orang yang sukses itu?

Ketauhilah bahwa setiap orang pasti ingin menjadi orang yang sukses dan berhasil dalam menempuh hidupnya. Sebagian besar manusia, pada umumya menganggap bahwa ukuran kesuksesan dalam hidup seseorang, adalah diukur dari seberapa besar orang tersebut memiliki : Harta, Kekuasaan, Pangkat, Anak, Istri dan segala perhiasan duniawi. Makin banyak harta, kekuasaan, anak dan istri dsb. yang dimiliki seseorang, maka dia dianggap telah sukses dan berhasil dalam menempuh hidupnya.

Sesungguhnya ini adalah bentuk tipu daya syaiton, sehingga manusia saling berlomba untuk meraihnya. Kesuksesan dengan ukuran diatas adalah kesuksesan yang menipu, melalaikan dan memperdayakan.

Lalu dimanakah sebenarnya letak kesuksesan itu?

Dengan ukuran apakah seseorang dianggap telah sukses dalam menempuh hidupnya ?

Siapakah sebenarya orang yang berhak menyandang gelar orang yang sukses itu ? Siapa ??

Kesuksesan menurut pandangan Alqur’an dan Assunnah :

Alloh SWT berfirman:

“ Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu". ( Fushilat : 30 ).

Dari ayat ini jelas bahwa ukuran kesuksesan sebenarnya adalah ketika seseorang berada dalam keadaan yang paling kritis dalam hidupnya, dia selalu mendapatkan bisikan malaikat dengan mengatakan “ janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih “.

Kapan kondisi paling kritis yang akan dihadapi oleh setiap manusia? Apakah ketika seseorang tidak mempunyai harta ? ataukah ketika ia tidak mempunyai kekuasaan? Ataukah ketika sakit ? ataukah ketika mendapatkan bencana?.

Sebagian mufassirin mengatakan bahwa bisikan malaikat tersebut terjadi ketika seseorang berada dalam SAKARATUL MAUT.

Jadi kondisi paling kritis yang akan dialami setiap manusia adalah ketika seseorang berada dalam sakaratul maut. Baik kritis dan sakit yang luar biasa dalam fisik maupun jiwanya. Rosululloh Muhammad SAW sendiri, ketika Beliau menghadapi sakaratul maut, beliau mengatakan bahwa rasa sakitnya lebih sakit dari 300 sabetan pedang dan beliau berkali-kali mencelupkan tangannya ke dalam air dalam mangkuk untuk diusapkan ke mukanya.

Jadi seseorang yang sukses dalam hidupnya adalah orang-orang yang mendapatkan bisikan malaikat seperti diatas, ketika orang tersebut berada pada detik-detik terakhir saat dia akan meninggalkan dunia ini.

1. Mengapa Malaikat mengatakan : " Alla takhoofuu" ( janganlah kamu merasa takut ?) Kenapa ??

ketauhilah bahwa Misalnya jika seseorang akan menempuh suatu jalan yang belum pernah dia lewati, belum pernah tahu rambu-rambunya sama sekali dan jalan itu dalam kondisi gelap, maka pasti siapapun orangnya, akan merasa takut untuk melaluinya.

Demikian juga ketika seseorang dalam sakaratul maut akan menempuh jalan kematiannya yang belum pernah dia lewati, maka pasti setiap orang akan takut. Yaitu takut akan nasibnya, takut akan keselamatannya baik dialam kubur maupun diakhirat. Pada saat seperti itu, tidaklah memberi manfaat, harta melimpah yang dimilikinya ketika masih hidup, kekuasaan yang dipunyainya dsb, yang oleh manusia dianggap simbol kesuksesan.

Firman Alloh SWT dalam Alqur’an :
“ Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku “ ( AlHaaqqoh : 28 ).
“ Telah hilang kekuasaanku dariku “ ( AlHaaqqoh : 29 ).

Pada saat yang kritis seperti itu yang dibutuhkan adalah kejelasan akan nasibnya setelah mati. Maka malaikat akan menghibur dan membisiki orang-orang yang beriman dan istiqomah dengan mengatakan “janganlah kamu merasa takut akan nasibmu, kamu selalu dalam perlindungan Alloh dan gembiralah kamu dengan surga yang telah dijanjikan untukmu”.

2. Mengapa Malaikat mengatakan : " Wa laa tahzanuu ( Janganlah kamu merasa sedih”?) Kenapa??

Ketauhilah bahwa Misalnya seseorang diberitahu, dia disuruh meninggalkan dengan tiba-tiba seluruh apa yang dicintainya, rumahnya, anak dan istrinya, dan selamanya tidak akan kembali lagi kepada mereka, maka siapapun orangnya, pasti akan bersedih. Ya, pasti akan bersedih...

Demikian juga ketika seseorang akan menempuh jalan kematian yang akan memisahkan dirinya dengan anak istrinya, harta bendanya dsb. Dia akan meninggalkannya untuk selamanya dan dia tidak akan bisa kembali kepadanya. Maka siapapun dia pasti akan bersedih. Ya pasti akan bersedih…

Maka dalam kondisi seperti ini Malaikat akan menghibur dan membisiki “ janganlah kamu merasa sedih “ karena apa yang kamu tinggalkan itu akan diganti dengan yang lebih baik yaitu jannah dan segala kenikmatan yang ada di dalamnya.

Jadi orang yang sukses itu adalah orang yang ketika dalam skaratul mautnya dia selalu mendapatkan bisikan malaikat disampingnya terus menerus, “ janganlah kamu merasa takut akan apa yang akan kamu tempuh dan janganlah kamu merasa sedih terhadap apa-apa yang kamu tinggalkan dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan untukmu “ INILAH SEBENARNYA ORANG YANG SUKSES ITU “.

Tidak ada gunanya harta yang melimpah, kekuasaan yang tinggi, anak dan istri yang banyak kalau teryata diakhir hidupnya dia tidak mendapatkan bisikan malaikat yang menggembirakan tersebut, bahkan sebaliknya mungkin dia akan mendapatkan berita ancaman dan neraka. Maka renungkanlah keterangan ini…

Lalu kepada siapakah bisikan malaikat seperti diatas akan diberikan? Kepada siapa ??

Orang yang sukses adalah orang yang memiliki dua syarat,

Dari firman Alloh SWT dalam surat Fushilat ayat 30 seperti diatas, jelaslah bahwa orang yang akan mendapatkan bisikan menggembirakan dari malaikat adalah orang yang memiliki 2 syarat yaitu :

  1. Orang yang mengatakan “ Robb kami adalah Alloh “.

Ini maksudnya adalah orang yang beriman yang sebenarnya, kepada Alloh, yaitu hatinya meyakini imannya, lisannya mengikrakannya dan dibuktikan dengan amal perbuatannya. Dia buktikan imannya kepada Alloh dengan cinta, taat dan tunduk kepada Nya dan kepada RosulNya dan meninggalkan apa yang dilarang Alloh dan RosulNYA kepadanya. Dia menjaga imannya dari hal-hal yang merusak dan melemahkannya yaitu dalam bentuk dosa dan maksiat, dan juga dari hal-hal yang membatalkan imannya yaitu syirik dan kufur kepada Alloh.

  1. Orang yang istiqomah dalam imannya sampai ajal menjemputnya.

Ini maksudnya adalah orang yang istiqomah dalam melaksanakan tuntutan dan konsekwensi dari imannya, yaitu dalam bentuk :

- Istiqomah dalam melaksanakan kewajiban

- Istiqomah meninggalkan larangan

- Istiqomah dalam ridho atas ketetapan takdir Alloh pada dirinya

- Istiqomah dalam menegakkan dinulloh dengan dakwah dan jihad

untuk bisa istiqomah diatas, sangatlah dibutuhkan kesabaran. Karena kalau hanya istiqomah dalam 1 atau 2 hari saja mungkin seseorang mampu melakukannya. Tapi apakah ia mampu untuk bisa istiqomah dalam 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun atau dalam seluruh hidupnya? Maka ini membutuhkan kesabaran dan kesabaran, juga butuh pertolongan taufik dari Alloh SWT.

Karena semua bentuk istiqomah di atas akan selalu mendapatkan rintangan-rintangan baik dari syaithon maupun dari orang kafir. Yang terkadang mesti harus mengorbankan waktu, harta bahkan nyawa. Maka selalu memohonlah kepada Alloh agar diberi kesabaran untuk istiqomah dan taufik dari Alloh SWT.

Dapat dikatakan bahwa istiqomah merupakan kunci kebaikan seseorang. Sehingga ketika ada salah satu shohabat, yang meminta satu nasehat kepada Rosululloh SAW. Maka Rosululloh menjawab : “ Aamantu billahi tsummastaqim “ atau “ berimanlah kamu kepada Alloh lalu istiqomahlah “.

Dari uraian diatas, kesimpulannya :

ORANG YANG SUKSES adalah mereka yang selalu menjaga imannya kepada Alloh dan RosulNya dan dia istiqomah sampai datang sakaratul maut kepadanya, yang ketika itu malaikat akan selalu membisikinya terus menerus dengan mengatakan kepadanya “ janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan untukmu “.

Janganlah terpedaya dengan ukuran kesuksesan duniawi, yang hanya dari pandangan hawa nafsu saja. Apalah gunanya segala kenikmatan duniawi tersebut jikalau hal itu melalaikan dirinya dari ketaatan kepada Alloh SWT. Maka marilah kita memohon kepada Alloh SWT, semoga menjadikan kita termasuk “ ORANG-ORANG YANG SUKSES YANG SEBENARNYA “. Aamiin ..