CARA BERFIKIR SEORANG MUKMIN DALAM
MENGHADAPI HIDUP
Kehidupan adalah
sesuatu yang mahal, yang harus dijalani dengan hati-hati, karena kehidupan ini
akan berakhir pada 2 pilihan yaitu surga atau neraka. Kehidupan juga tidak akan
pernah kembali, waktu yang telah berlalu tidak akan mungkin diulang kembali,
walau sedetikpun. Oleh karena itu seorang mukmin harus mempunyai cara berfikir
yang benar dalam menghadapi kehidupan dunia ini. Benarnya cara berfikir
seseorang tersebut akan menghasilkan pula cara bersikap dan berperilaku yang
benar. Demikian juga sebaliknya salahnya cara berfikir seseorang dalam
menghadapi hidup juga akan menghasilkan sikap dan perilaku yang salah. Sikap
dan perilaku seseorang itu sangat ditentukan oleh cara berfikirnya. Oleh karena
itu kalau kita ingin mengubah perilaku seseorang, maka ubahlah lebih dulu cara
berfikirnya.
Cara berfikir
seorang mukmin yang benar dalam menghadapi kehidupan ada 2 macam yaitu :
1. Cara
berfikir TERBAIK
Ini adalah
berangkat dari pertanyaan dasar yang mesti ada disetiap dada manusia.
Pertanyaan tersebut adalah : UNTUK APA SAYA DICIPTAKAN OLEH ALLOH HIDUP DIDUNIA
INI?
Dari pertanyaan
ini maka jawabannya sudah jelas yaitu : tujuan hidup kita manusia diciptakan
Alloh didunia adalah Hanya untuk beribadah kepada Alloh SWT. Sesuai firman
Alloh SWT dalam Alqur’an surat Adzariyat ayat 56 :
“ Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku “.
Jadi manusia
hidup didunia hanya dengan satu tujuan yaitu untuk tunduk dan taat dalam semua
sisi kehidupan dengan menjalankan syariat Alloh SWT. Itulah yang dimaksud
ibadah.
Ketika seorang
mukmin sudah memahami hal ini, maka dia harus berusaha menghadirkan pemahaman
ini dalam setiap keadaan dan disemua tempat dia berada. Maka ketika seorang
mukmin selalu sadar akan tujuan hidupnya untuk taat kepada Alloh, dan perasaan
ini dijaga dan dihadirkan terus menerus disetiap keadaannya, maka akan lahir
pada diri orang tersebut cara berfikir yang terbaik. Apa itu ? Yaitu
cara berfikir yang selalu mendahulukan hak Alloh SWT dari pada hak dirinya
sendiri. Atau dengan kata lain selalu berfikir mendahulukan kewajibannya kepada
Alloh daripada hak dirinya sendiri.
Sebagai
akibatnya maka orang tersebut akan berusaha selalu untuk menyempurnakan amal. Dia berusaha terus meneliti masih adakah
kewajiban-kewajibanya yang belum terselesaikan atau belum diamalkan. Sehingga
waktu bagi seorang mukmin hanyalah berpindahnya dari satu amal sholeh kepada
amal sholeh berikutnya…betapa indahnya kalau kita memiliki cara
berfikir yang seperti ini.
Kalau manusia
selalu memenuhi kewajibannya kepada Alloh maka sudah tentu dan pasti Alloh SWT
akan menyempurnakan hak-hak hamba tersebut, walau hamba tersebut tidak meminta
sekalipun. Maka ini sesuai dengan hadist : “ Jagalah Alloh SWT maka pasti Alloh
SWT akan menjagamu…”. Baik dijaga dalam
hal dunianya maupun dalam imannya. Imam Qotadah rohimahulloh mengatakan : “
ketika seseorang dijaga Alloh maka orang tersebut bersama pengawal yang tidak
pernah tidur, bersama pasukan yang tidak akan terkalahkan dan bersama pemberi
petunjuk yang tidak akan menyesatkan “..
Ketika seorang
mukmin sudah memiliki cara berfikir terbaik ini, maka akan lahir pula pada
dirinya cara bersikap dan perilaku yang terbaik. Yaitu dia akan merasakan semua
bentuk ibadah kepada Alloh ( perintah atau larangan ) akan dia rasakan sebagai
KEBUTUHAN dan bukan sebagai beban. Tapi sebaliknya jika dia cara berfikirnya
terburuk yaitu mendahulukan hak dirinya dari pada kewajibannya kepada
Alloh. Maka orang tersebut akan
merasakan semua bentuk ibadah adalah sebagai BEBAN.. walau itu ibadah paling
ringan sekalipun akan dia rasakan sebagai beban.
Tapi seorang
yang berfikirnya terbaik akan merasakan ibadah adalah kebutuhan, kita butuh
untuk selamat dunia akhirat, kita butuh untuk bahagia dunia dan akhirat, maka
kita harus taat dan tunduk kepada Alloh SWT. Sehingga seorang mukmin memahami
waktu yang diberikan Alloh kepada dirinya adalah dimanfaat betul sebaik
sebaiknya untuk beramal dan terus beramal dengan ikhlas dan sesuai sunnah. Waktu
tidak dibuang percuma untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, apalagi untuk
bermaksiat kepada Alloh SWT. Ini akan menghasilkan sikap istiqomah dan
memperbaiki amal. Waktunya jadi sangat berharga, karena waktu tidak akan
diulang kembali. Inilah yang dimaksud cara berfikir terbaik dalam menghadapi
kehidupan.
2. Cara berfikir CERDAS
Berangkat dari
pertanyaan dasar yang mesti ada disetiap dada manusia yaitu : “ KEMANAKAH AKU
SETELAH DARI DUNIA INI ?”.
Maka jawabannya
adalah jelas, kita akan menuju ke negeri akhirat untuk mempertanggung jawabkan
segala amal perbuatan yang telah kita kerjakan. Cara berfikir cerdas juga
berangkat dari hadist sohih : “ Al-Kayyisu man daana nafsahu wa amila lima
ba’dal maut..”
Artinya : “
orang yang cerdas adalah orang yang selalu intropeksi terhadap dirinya atau
jiwanya, dan dia selalu beramal untuk kepentingan sesudah matinya..”. juga dari
firman Alloh SWT dalam Al-qur’an surat Al-Hasyr ayat 18 :
Artinya : “ Hai
orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Alloh dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah dipersiapkan untuk hari esok ( akhirat ). Dan
bertaqwalah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh akan mengabarkan apa yang telah
kamu kerjakan “. ( QS. 59 : 18 ).
Jadi cara
berfikir cerdas adalah seorang mukmin sadar bahwa hidup didunia adalah
sementara dan nanti akan berangkat menuju ke akhirat. Maka dia hidup didunia
akan berusaha mencari bekal untuk persiapan hari akhiratnya. Dan bekal tersebut
adalah taqwa ( tunduk dan taat kepada Alloh ). Dalam surat Al-Hasyr ayat 18
diatas, Alloh sebenarnya memerintahkan orang yang beriman untuk merencanakan
dengan perencanaan matang akan keselamatan hari akhiratnya. Yaitu dengan
meningkatkan amal sejak dia hidup didunia ini. Amalnya makin disempurnakan dan
makin meningkat dari waktu ke waktu.
Yang kita
herankan adalah kenapa kalau untuk urusan dunia, manusia demikian merencanakan
dengan sungguh-sungguh dan rinci, bahkan terkadang untuk waktu yang belum
datang saja segala keinginan dunianya sudah terinci memenuhi kepalanya. Tapi
kenapa kalau untuk urusan akhiratnya ndak pernah terfikir dan terencana sama
sekali… apakah ini bukan sesuatu yang mengherankan?. Padahal hidup ini akan
menuju ke akhirat..
Maka seorang
yang berfikiran cerdas adalah dia akan berusaha sungguh-sungguh dan
merencanakan bekal akhiratnya dengan terus menerus meningkatkan amal, mencintai
akhirat dan mengurangi kecintaannya kepada dunia. Sesuai firman Alloh SWY dalam Al-qur’an surat
Al-Isroo’ ayat 19 :
Artinya : “
Barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha kearah sana dengan
sungguh-sungguh dan dia adalah mukmin, maka mereka itulah orang-orang yang usahanya
dibalas dengan baik “. ( QS : 17 : 19 ).
Dari ayat
diatas, supaya kita bisa mendapatkan kebahagiaan akhirat maka syaratnya dua
yaitu :
1. Berusaha dengan sungguh-sungguh ( bukan sekedar
ingin saja tapi diiringi dengan usaha sungguh-sungguh ).
2. Beriman ( imannya kepada Alloh bersih dari
kekafiran dan kemusyrikan, imannya pada Rosul dengan cara mengikuti sunnah, bersih dari bid’ah ).
Demikianlah yang
dimaksud cara berfikir cerdas.. sebagaimana perkataan sohabat Umar bin Khottob
RA. : “ hisablah dirimu sebelum kamu dihisab...”
Dalam hadist riwayat Imam Attitrmidzi Rosulloh SAW bersabda :
" Orang yg takut pada Alloh akan persiapan lebih awal, orang yg berangkat lebih awal akan lebih dulu sampai, sesungguhnya dagangan Alloh itu mahal, sesungguhnya dagangan Alloh itu Surga ".
Ini akan
menghasilkan pada diri seorang mukmin, jiwa yang semangat dan
bersungguh-sungguh dalam menjalankan perintah Alloh maupun menjauhi
laranganNYA.