Jumat, 23 April 2010

Siapakah orang yang paling merugi amalnya??


Alloh SWT. Berfirman :
Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?". Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.
Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia[896], Maka hapuslah amalan- amalan mereka, dan Kami tidak Mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.
Demikianlah Balasan mereka itu neraka Jahannam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok.
( Q.S. AlKahfi : 103-105 ).
[896] Maksudnya: tidak beriman kepada pembangkitan di hari kiamat, hisab dan pembalasan.
Didalam ayat di atas, Alloh SWT menyebut dengan sebut AKHSARIINA A’MAALA, artinya “ Paling merugi amal perbuatannya “ jadi tidak sekedar rugi saja, tapi paling merugi. Ibarat grafik, merupakan titik yang paling terendah.
Sebagai orang yang beriman, mendengar tawaran dari Alloh tentang siapa orang-orang yang paling merugi amal perbuatannya, tentunya mesti akan menjawab : “ MAU”. Dengan tujuan supaya tidak masuk ke dalam kelompok tersebut. Sebagai refleksi keimanan dan kecintaan kita kepada Alloh SWT.

CIRI-CIRI ORANG YANG PALING MERUGI AMAL PERBUATANNYA :

Dari ayat surat Alkahfi tersebut diatas, Alloh memberitahu ciri orang yang paling merugi amal perbuatannya adalah : orang yang FIKIRAN DAN PERASAAN mereka terbalik. Yaitu mereka menyangka telah melakukan amal perbuatan yang terbaik ketika di dunia, tetapi ternyata apa yang telah dikerjakannya tersebut, nanti di akhirat adalah sia-sia belaka.
Jadi dia telah tertipu oleh perasaan dan fikirannya sendiri disebabkan fikiran dan perasaannya telah terbalik. Apa yang dimaksud dengan fikiran dan perasaan yang terbalik tersebut ? Yaitu orang melihat yang haq menjadi bathil, melihat yang makruf jadi mungkar, yang baik jadi buruk, yang benar disebut salah dst. Dan hal seperti ini sudah nampak dalam kehidupan kita hari ini, dimana yang baik menurut tuntunan AlQur’an dan sunnah malah ditertawakan, dicemooh bahkan dihina dan kucilkan. Sementara yang salah dan menyimpang malah dapat sanjungan, dijadikan tuntunan orang banyak. Kebanyakan manusia hari ini fikiran dan perasaannya telah terbalik.
Mereka tertawa dan merasa bangga dengan dosa dan maksiat yang mereka lakukan. Mereka merasa malu membicarakan AlQur’an / Islam di forum tempat mereka berada, bahkan mereka mengatakan “ jangan bicara Islam / Alqur’an di tempat ini “, atau “ kalau ikut Islam / Alqur’an dunia kita rugi “ dan perkataan2 yang lain yang intinya merasa malu dan berat untuk kembali ke Islam dalam memecahkan problem hidupnya.
Selain dalam surat Alkahfi, Alloh juga berfirman di surat yang lain :
" Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang Maha Pemurah (Al Quran), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) Maka syaitan Itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya ".
"Dan Sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk ".
"Sehingga apabila orang-orang yang berpaling itu datang kepada Kami (di hari kiamat) Dia berkata: "Aduhai, semoga (jarak) antaraku dan kamu seperti jarak antara masyrik dan maghrib, Maka syaitan itu adalah sejahat-jahat teman (yang menyertai manusia)".
) Q.S. AZZukhruf : 36-38 )
Yang membuat mereka berperasaan dan fikiran terbalik adalah syaiton, yaitu mereka telah dihalang-halangi dari jalan kebenaran oleh syaiton tapi mereka menyangka mendapat petunjuk atau merasa benar jalannya.

Penyebab kenapa fikiran dan perasaan manusia menjadi terbalik :
Ada dua penyebab kenapa fikiran dan perasaan manusia menjadi terbalik, yaitu :

1. Kufur dan berpaling dari Al-Qur’an :

Kembali kepada surat Alkahfi ayat 106 dan surat AZZukhruf ayat 36-37 :
“ Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia[896], Maka hapuslah amalan- amalan mereka, dan Kami tidak Mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat ”. ( Q.S. AlKahfi : 106 ).
[896] Maksudnya: tidak beriman kepada pembangkitan di hari kiamat, hisab dan pembalasan.
“ Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang Maha Pemurah (Al Quran), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) Maka syaitan Itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya “.
“ Dan Sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk “. ( Q.S. AZZukhruf : 36-37 ).
Jadi siapa yang kufur, menolak dan berpaling dari aturan Alloh yaitu Alqur’an dalam mengatur kehidupannya maka secara otomatis akan didekati oleh syaiton dan syaiton selalu bersamanya untuk menghalang-halangi dari jalan yang benar, dan dibisikkan kepada orang tersebut kalo dia dalam posisi benar atau mendapat petunjuk.
Kalau seseorang telah berpaling dan meninggalkan Alqur’an-sunnah sebagai aturan hidupnya, maka dia akan menjadikan hawa nafsu dan akalnya yang menjadi panutannya, atau adat istiadat masyarakat kebanyakan umum atau mungkin fikiran-fikiran orang kafir.
Inilah yang menjadi standar kebenaran baginya, apa yang diikuti kebanyakan orang akan dikatakan benar walaupun sebenarnya keliru. Kalau diberitahu akan kesalahan dan kekeliruannya menurut Alqur’an maka dia akan menolak dan mengatakan “ apa yang diikuti dan disetujui kebanyakan orang mesti benar, jangan bawa-bawa Alqur’an ke sini “.
Padahal Alloh SWT mengingatkan didalam surat Al-Anaam ayat 116 :
“ Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah) “.
( Q.S. Al-Anaam : 116 ).
Apa yang menjadi kebanggaan baginya adalah dunia dan segala kenikmatannya ( jabatan, pangkat, pujian orang, penghargaan orang dsb ) walaupun dia jauh dari Alqur’an. Inilah tipu daya syaiton kepadanya dia merasa benar dan bangga dengan kesesatan. Dia mengukur sukses dan tidaknya manusia dari ukuran dunia. Panjangnya fikirannya hanyalah sepanjang ususnya saja. Orang tersebut baru akan sadar atas segala penyimpangan dan kekeliruan fikirannya, setelah nanti diakhirat. Barulah disana dia akan terbuka matanya, tajam penglihatanya dan disingkapkan segala syubhat yang selama ini menutupi hati dan fikirannya ketika didunia.

2. Tidak beriman kepada pertemuan dengan DIA ( Alloh SWT )

Orang yang tidak mengimani perjumpaan dengan Alloh SWT, untuk mempertanggung jawabkan segala amal perbuatannya, maka pasti orang tersebut akan merasa kehidupan dunia ini harus dinikmati sepuasnya sesuai keinginan hawa nafsunya.
Dia menganggap pahala dan siksa di negeri akhirat hanyalah cerita dongeng orang-orang terdahulu. Dia tertawa ketika diingatkan akan balasan dinegeri akhirat, dia akan mengatakan “ sudahlah janganlah aneh-aneh, ndak usah berfikir jauh-jauh, nikmati saja kehidupan ini sepuasmu “ dsb. Maka semakin hari dia semakin terjerumus dalam kesesatannya. Yang dia takutkan bukanlah nasibnya diakhirat tapi nasibnya didunia ini. Untung dan rugi kehidupannya hanya diukur dengan uang, harta dan jabatan. Dia rela melakukan yang haram, tipu menipu, suap menyuap dsb, demi keinginannya meraih dunia. Dan yang aneh, dia mengatakan ini benar karena untuk kepentingan orang banyak.
Sebaliknya, orang yang beriman kepada perjumpaan dengan Alloh, maka keimanannya ini sudah cukup sebagai benteng baginya dari perbuatan-perbuatan dosa dan penyimpangan. Dia akan merasa takut akan azab Alloh yang akan diterimanya jika dia berani melakukan kemaksiatan. Dia akan bertaqwa secara benar, dia akan jujur kepada Alloh, dia tidak mungkin menipu Alloh dengan taqwanya, artinya dihadapan orang banyak maupun ketika sendirian dia tetap taqwa, takut, tunduk dan patuh kepada Alloh SWT. Dia adalah orang yang badannya masih didunia, tapi fikiran hatinya berada diakhirat, orang kakinya masih menginjak bumi tapi fikiran dan hatinya selalu tergantung dilangit.
Maka orang yang beriman kepada negeri akhirat atau perjumpaan dengan Alloh, pasti dia akan tunduk dan patuh kepada Alqur’an sebagai konsekwensi tunduk dan patuhnya serta takutnya kepada Alloh. Ini hukum sebab akibat yang sudah pasti.
Demikian sebaliknya, orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat maka dia pasti akan berat dan berpaling dari Alqur’an. Ini sudah suatu kepastian.

Kesimpulan :
Wahai Saudaraku, takutlah kamu kalau terjerumus pada golongan orang-orang yang paling merugi amal perbuatannya. Yaitu mereka-mereka yang fikiran dan perasaanya telah terbalik disebabkan berpaling dari Alqur’an dan tidak beriman pada perjumpaan dengan Alloh. Hari ini kita sudah dihadapkan didepan mata kita keadaan yang seperti ini, maka berhati-hatilah