Senin, 23 Juni 2008

Untuk Putriku, Aina Salsabila

Kala gema takbir berkumandang...
di fajar Idul fitri 2006...
Engkau...
dengan senyuman yang tidak akan pernah kulupakan...
dalam dekapanku...
dalam tetesan air mataku...
engkau telah menghadap kepada Alloh...
memandang surga yg telah dijanjikan Alloh untukmu...
Wahai putriku...
Engkau adalah mutiaraku....
Engkau adalah mata hatiku...
yang telah Alloh simpan disisiNYA...
Aku hanya bisa berharap...
semoga Alloh jadikan engkau menjadi simpanan bagiku...
Wahai...
selamat jalan putriku...
semoga engkau menungguku dipintu surga, insyaAlloh...
Ya Robbi...
Berilah kebahagiaan disisiMU untuk putriku...
Berilah kesabaran untukku...
aku yakin Engkau telah memberi yang terbaik...
semoga Engkau mengampuni dosa-dosaku...
hambaMU yang dhoif ini...

Rabu, 18 Juni 2008

Senandung Sang Penempuh Jalan

Ya Robbii..
Entah dari sisi mana aku mesti berbenah...
detik demi detik telah meninggalkanku...
lembaran-lembaran hidupku tlah kulalui tanpa mengingatMU...

Ya Robbii..
Betapa jauhnya aku dariMU...
betapa hina aku dihadapanMU...
betapa banyak kebesaranMU yang telah kukotori dengan dosa-dosaku...
sementara cinta dan kasih sayangMU selalu menyelimutiku...

Ya Robbi...
Rasanya tak layak aku memohon surgaMU...
malu aku tuk mengharap pahalaMU...
tertunduk aku dihadapanMU...
hanya tetesan rahmat dan ampunanMU yang kuharap...
ditengah bekalku yang terlalu sedikit...

Ya Robbii...
Ditengah langkah yang semakin melemah...
didalam sisa umur yang semakin berkurang...
dalam kegalauan hati yang semakin menyekat...
hanya tetesan air mata yang tersisa...
dan tengadah tanganku kepadaMU...
tuk mengharap ridho dan ampunanMU...
semoga Engkau menerimaku....
hambaMU yang dhoif ini...

PEMBAGIAN HATI

1. Hati yang sehat

Disebut juga dengan Qolbun Salim. Pada hari kiamat, tidak ada orang yang selamat melainkan orang yang memiliki hati ini. Alloh SWT. Berfirman :
Artinya : " Pada hari yang harta dan anak-anak tidak memberi manfaat. Kecuali barangsiapa yang datang kepada Alloh dengan hati yang sehat ". ( Q.S. AsySyu'ara' : 88-89 )
Hati yang sehat adalah hati yang selalu bersemayam didalamnya cahaya iman, ma'rifat dan tauhid dan cahaya ketaatan. Hati yang sehat adalah hati yang terbebas dari fitnah Syubhat sehingga dia bisa melihat kebenaran dengan jelas tanpa ada sedikitpun tabir yang menutupinya, dan hati yang terbebas dari fitnah Syahwat sehingga dia bisa mencintai dan mengikuti kebenaran tanpa berpaling kepada selainnya. Hati yang sehat itu selamat dari peribadahan kepada selain Alloh SWT dan selamat dari bertahkim ( mengambil keputusan ) kepada selain RosulNya. Ia takut, cinta, berharap, bertawakkal, inabah dan tunduk kepada Alloh SWT, mengutamakan ridhoNya dalam setiap keadaan dan menjauhi kemurkaanNya dengan segala cara. Inilah hakekat ubudiyah yang hanya boleh diberikan kepada Alloh SWT.
Hati yang sehat tidak menyekutukan Alloh dengan apapun dan dalam bentuk apapun. Ubudiyahnya murni hanya ditujukan kepada Alloh SWT, baik yang berupa kehendak, cinta, tawakkal inabah, khouf ( takut ) dan roja'( harap ). Ia mengikhlaskan amalnya untuk Alloh. Bila mencintai, ia mencintai karena Alloh, bila membenci, ia membenci karena Alloh. Ini saja belum cukup, kecuali bila ia juga terbebas dari kepatuhan dan tahkim kepada selain rosulNya, sehingga hatinya hanya mengikuti dan meneladani beliau saja, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Ia tidak mendahului beliau dalam beraqidah, berbicara dan beramal. Sebagaimana firman Alloh SWT :

Artinya : " Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui ". ( Q.S. AlHujurat: 1).

Maksudnya janganlah berkata sebelum beliau berkata dan janganlah berbuat sebelum beliau memerintahkan.

Seorang salaf berkata, " setiap perbuatan, sekecil apapun pasti akan ditanya dengan dua pertanyaan yaitu : Mengapa dan Bagaimana ? Artinya, mengapa engkau berbuat itu ? dan bagaimana engkau berbuat ?. pertanyaan pertama berkaitan dengan sebab, motivasi dan latar belakang perbuatan itu, apakah perbuatan itu berangkat dari motivasi untuk menunaikan kewajiban beribadah, meraih cinta Alloh, mendekatkan diri kepadaNya dan mencari jalan menuju ridhoNya. Ataukah berangkat dari keinginan untuk dipuji oleh orang lain, atau takut terhadap celaan orang, atau karena ingin memperoleh apa yang disukainya, atau menghindari apa yang dibencinya. Adapun pertanyaan kedua berkaitan dengan mutaba'ah ( peneladanan ) kepada Rosululloh SAW di dalam ibadah tersebut. Artinya apakah perbuatan tersebut telah disyariatkan Alloh melalui lidah RosulNya ataukah perbuatan tersebut tidak ada perintah dari Alloh dan RosulNya. Jadi yang pertama adalah pertanyaan mengenai ikhlas sedangkan yang kedua adalah pertanyaan mengenai mutaba'ah. Karena Alloh SWT tidak akan menerima suatu amal kecuali dengan syarat keduanya.

2. Hati yang mati

Hati yang ini kebalikan dari hati yang sehat. Ini adalah hati yang mati, tanpa kehidupan sama sekali. Ia tidak mengenal Robbnya serta tidak beribadah kepadaNya dengan apa yang diperintahkan, dicintai dan dirindhoiNya. Sebaliknya ia senantiasa memperturutkan syahwat dan hawa nafsunya, sekalipun dibenci dan dimurkaiNya. Ia tidak peduli bahwa dengan memperturutkan hawa nafsunya itu, Robbnya ridho ataukah murka kepadanya. Ia beribadah kepada selain Alloh SWT dalam kecintaan, ketakutan, pengharapan, keridhoan, pengagungan dan ketundukan.

Bila mencintai, ia mencintai karena hawa nafsunya. Bila ia membenci,ia membenci karena hawa nafsunya. Jadi, hawa nafsunya lebih diutamakan dan dicintainya dari pada ridho Alloh SWT. Hawa nafsu adalah imamnya, syahwat adalah komandanya, kebodohan adalah sopirnya dan kelalaian adalah kendaraanya. Ia senantiasa sibuk berfikir untuk memperoleh ambisi-ambisi duniawiyahnya dan dimabukkan oleh hawa nafsu dan cinta dunia, dari jauh ia dipanggil untuk kembali kepada Alloh dan mengutamakan kebahagiaan akhirat. Akan tetapi ia enggan menyambut panggilan sang pemberi nasehat bahkan mengikuti bujukan syaiton, murka dan ridhonya tergantung oleh dunia. Hawa nafsunya telah menulikan dan membutakannya, bergaul dengan orang yang berhati seperti ini adalah seperti penyakit dan racun, dan bersahabat dengannya adalah kebinasaan.

3. Hati yang sakit

Hati jenis ketiga ini adalah hati yang mempunyai kehidupan tetapi berpenyakit, kadang kehidupan tampak padanya, tetapi kadang yang tampak penyakitnya, tergantung yang manakah di antaranya keduanya yang dominan.

Dalam hati ini terdapat kecintaan, keimanan, keikhlasan dan tawakkal kepada Alloh yang semua ini merupakan bahan baku kehidupannya. Tetapi dalam hati ini juga terdapat kecintaan kepada hawa nafsu, pengutamakan terhadapnya dan ambisi untuk memperolehnya, kedengkian, kesombongan dan kebanggaan terhadap diri sendiri. Ia dipengaruhi oleh dua penyeru, yang satu mengajaknya kepada Alloh, RosulNya dan negeri akhirat. Sedangkan yang satu lagi mengajaknya pada dunia, ia mengikuti salah satu dari kedua penyeru itu, yang lebih dekat pintu dan jaraknya kepadanya. Jadi, hati jenis pertama adalah hati yang khusyu', lembut dan sadar. Hati jenis kedua adalah hati yang kering dan mati, sedangkan hati yang ketiga adalah hati yang sakit, yang bisa jadi lebih dekat kepada kesehatan dan sebaliknya lebih dekat kepada kematian.

Alloh SWT telah menyebutkan ketiga jenis hati ini dalam firmannya :

Artinya :" Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat, dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Qur'an itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya, dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus ".( Q.S. AlHajj : 52-54 ).

Dalam ayat ini Alloh SWT membagi hati menjadi tiga, dua diantaranya terkena fitnah dan hanya satu yang selamat. Dua jenis hati yang terkena fitnah adalah hati yang berpenyakit dan hati yang keras. Sedangkan yang selamat adalah hati orang mukmin, yang tunduk dan patuh kepada Robbnya. Sebab, sebagaimana anggota tubuh yang lain, diharapkan hati itu dalam keadaan sehat tanpa penyakit apapun sehingga bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Ada dua penyebab ketidak normalan hati : yang pertama adalah kering, keras dan tidak berfungsinya hati tersebut. Sedangkan yang kedua adalah penyakit yang menimpanya, sehingga menghalanginya untuk berfungsi secara sempurna dan benar.

Bisikan-bisikan yang ditiupkan syaiton ke telinga dan syubhat-syubhat atau keragu-raguan yang dibisikkan ke hati akan menjadi fitnah bagi hati yang mati atau berpenyakit, tetapi justru menjadi penguat bagi hati yang hidup dan sehat. Sebab, hati yang hidup dan sehat akan menolak, membenci dan antipati terhadapnya. Ia tahu bahwa yang benar justru kebalikannya, iapun tunduk kepada kebenaran itu. Ia mengetahui kebatilan apa yang dibisikkan oleh syaiton itu. Iman dan kecintaannya kepada kebenaranpun makin bertambah. Demikian pula penolakan dan kebenciannya kepada kebatilan. Hudzaifah bin Al Yaman RA. Berkata, Rosululloh SAW bersabda :

Artinya : " Fitnah-fitnah itu dibentangkan dan dilekatkan dihati, sebagaimana dibentangkannya serat- serat tikar satu persatu. Hati manapun yang dirasukinya, niscaya padanya terbentuk sebuah titik hitam, sedang hati manapun yang menolaknya, niscaya padanya terbentuk sebuah titik putih, sehingga seluruh hati akan menjadi dua macam : ada hati yang hitam, berbintik putih dan seperti kendil yang terbalik. Ia tidak mengenal yang ma'ruf dan tidak menolak yang mungkar. Yang diketahuinya hanyalah hawa nafsu yang dirasukkan kepadanya. Ada pula hati yang putih, ia tidak terkena madhorot fitnah selama ada langit dan bumi".( H.R. Muslim dan Imam Ahmad ).

Rosululloh membagi hati pada saat pembentangan fitnah tersebut menjadi dua : ada hati yang ketika fitnah dibentangkan, terasuki olehnya, sebagaimana bunga karang yang diresapi oleh air. Pada hati tersebut akan timbul sebuah titik hitam. Setiap fitnah yang dibentangkan akan terus meresap kepadanya, sehingga warnanya menjadi hitam dan posisinya terbalik. Apabila hati menjadi hitam dan terbalik, maka ia terancam oleh dua penyakit berbahaya yang akan mencampakkannya ke dalam kebinasaan :

1. Ia akan kabur dalam melihat yang ma'ruf dan yang mungkar, ia tidak mengenal yang ma'ruf dan tidak menolak yang mungkar. Bisa jadi penyakit ini semakin parah, sehingga ia meyakini sesuatu yang ma'ruf itu sebagai kemungkaran dan sesuatu yang mungkar itu sebagai yang ma'ruf, sesuatu yang sunnah sebagai bid'ah dan sesuatu yang bid'ah sebagai sunnah serta suatu kebenaran sebagai kebatilan dan suatu kebatilan sebagai kebenaran.

2. ia lebih mengutamakan hawa nafsunya dari pada apa yang dibawa oleh Rosul SAW, ia tunduk dan mengikuti hawa nafsunya.

Fitnah-fitnah yang dibentangkan pada hati itulah fitnah-fitnah syubhat dan syahwat, fitnah-fitnah al ghayy ( penyimpangan ) dan ad dholal ( kesesatan ), fitnah maksiat dan bid'ah, fitnah kezoliman dan kebodohan. Fitnah pertama mengakibatkan rusaknya maksud dan kehendak. Sedang kan fitnah yang kedua mengakibatkan rusaknya ilmu dan keyakinan.

KEHIDUPAN DAN KECEMERLANGAN HATI ADALAH PANGKAL SETIAP KEBAIKAN. KEMATIAN DAN KEGELAPAN HATI ADALAH PANGKAL SETIAP KEBURUKAN.

Setiap kebaikan dan kebahagiaan yang dimiliki oleh manusia berpangkal pada kesempurnaan hidup dan bersinarnya hati. Kehidupan dan cahaya adalah pangkal bagi setiap kebaikan. Alloh Ta'ala berfirman

Artinya : " Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan ". ( Q.S. Al An'am : 122 ).

Maksudnya apakah orang yang dahulunya kafir, hatinya mati dan tenggelam dalam kebodohan, lalu Alloh menunjukinya kepada kebenaran dan iman, serta Alloh jadikan hatinya hidup setelah mati dan cemerlang cahayanya setelah dalam kegelapan. Alloh menganggap orang kafir ( karena ketidaktaannya kepadaNya, kebodohan tentang ma'rifat, tauhid, dan syariat agamaNya serta keengganannya untuk menggapai ridhoNya dan mengamalkan apa yang bisa membawanya kepada keselamatan dan kebahagiaannya ) sebagaimana orang yang mati, yang tidak bisa membawa manfaat untuk dirinya atau mencegah keburukan darinya. Lalu Alloh menunjukinya kepada Islam dan menghidupkannya dengannya, sehingga ia mengetahui hal-hal yang berbahaya atau berguna bagi dirinya. Ia bekerja keras untuk menyelamatkan dirinya dari kemurkaan dan hukuman Alloh Ta'ala. Ia bisa melihat kebenaran, setelah sebelumnya ia buta, ia mengetahuinya setelah sebelumnya ia bodoh. Ia mengikutinya stelah sebelumnya ia berpaling darinya. Ia memperoleh cahaya yang menjadikan dirinya bersinar, sehingga ia berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia dengan cahayanya tersebut sedangkan mereka dalam kegelapan.

Alloh memadukan dalam ayat ini, dua hal : kehidupan dan cahaya.

Dengan kehidupan, seseorang memiliki kekuatan, pendengaran, penglihatan, rasa malu, harga diri, keberanian, kesabaran serta seluruh sifat mulia lainnya. Dengan kehidupan seseorang bisa mencintai kebaikan dan membenci keburukan. Semakin kuat kehidupan yang dimilikinya maka semakin kuatlah sifat-sifat tersebut. Tetapi semakin lemah kehidupannya maka semakin lemah pulalah sifat-sifat tersebut. Rasa malunya terhadap berbagai keburukan sesuai dengan kadar kehidupan hatinya dalam dirinya. Demikian pula apabila cahaya dan kecemerlangan hati kuat, ia bisa melihat gambaran dan hakekat informasi sesuai dengan aslinya. Dengan cahaya hatinya, ia mengetahui kebaikan sesuatu yg baik dan dengan kehidupan hatinya ia mengutamakan kebaikan tersebut.

Alloh SWT memadukan antara ruh yang bisa menghasilkan kehidupan hati dengan cahaya yang bisa menghasilkan terang dan kecemerlangan. Alloh SWT berfirman :

Artinya : " Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (Al Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus ".( Q.S. Asy Syura : 52 ).

HIDUP DAN SEHATNYA HATI TIDAK MUNGKIN TERWUJUD, KECUALI DENGAN HATI MENGETAHUI /MENGILMUI KEBENARAN DAN MENGIKUTINYA.

Didalam hati terdapat dua kekuatan, yaitu :

  1. kekuatan untuk mengetahui dan memahami ( Quwwatul ilmi wal ma'rifat )
  2. kekuatan untuk berkehendak dan mencintai ( Quwwatul irodah wal mahabbah )

Kesempurnaan hati terwujud dengan menggunakan quwwatul ilmi dalam rangka memahami dan mengenali kebenaran serta membedakannya dari kebatilan dan dengan quwwatul irodah wal mahabbah dalam rangka mencari dan mencintai kebenaran dan mengutamakannya daripada kebatilan.

Barangsiapa yang tidak mengetahui kebenaran maka ia adalah orang yang dholl ( tersesat ). Barangsiapa yang mengetahui kebenaran tetapi ia lebih mengutamakan yang lain daripada kebenaran, maka ia adalah orang yang maghdhubun alaih ( dimurkai atasnya ). Adapun orang yang mengetahui lalu mengikuti kebenaran tersebut maka ia adalah orang yang mun'am alaihi ( mendapat nikmat ).

Alloh SWT telah memerintahkan kita untuk memohon kepadaNya di dalam sholat agar Dia menunjukkan kita kepada jalan orang-orang yang mendapat nikmat ( mun'am alaih ), bukan orang-orang yang dimurkai ( al maghdhub 'alaihim ) dan orang-orang yang tersesat ( adh dhollin ). Karena itulah orang-orang nasrani dijuluki sebagai umat yang tersesat karena mereka adalah umat yang bodoh. Sedangkan orang yahudi dijuluki sebagai umat yang dimurkai, karena mereka adalah umat yang membangkang. Sedangkan umat Islam adalah umat yang mendapatkan nikmat. Karena itu Sufyan bin 'Uyainah berkata : " Barangsiapa diantara para ahli ibadah dikalangan kita ini yang rusak, maka ia memiliki keserupaan dengan orang-orang nasrani. Dan barangsiapa di antara para ulama kita yang rusak, maka ia memiliki keserupaan dengan orang-orang yahudi ". karena orang-orang nasrani beribadah tanpa ilmu sedangkan orang-orang yahudi mengetahui kebenaran tapi mereka meninggalkannya. Imam Ahmad dan Attirmidzi meriwayatkan dari 'Ady bin Hatim dari Nabi SAW yang bersabda :

Artinya : " Orang-orang yahudi adalah al maghdhub 'alaihim ( orang-orang yang dimurkai ) sedangkan orang-orang nasrani adalah dhollun ( orang-orang yang tersesat ) ".

Alloh Ta'ala berfirman :

Artinya : " Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran ".( Q.S. Al 'Ashr: 1-3 ).

Alloh SWT bersumpah dengan masa,yang merupakan waktu terjadinya amal-amal yang menguntungkan maupun yang merugikan. Bahwa setiap orang pasti merugi, kecuali barangsiapa yang menyempurnakan kekuatan ilmiyahnya dengan iman kepada Alloh dan kekuatan amaliyahnya dengan mengamalkan amal-amal dalam rangka mentaatiNya, dan inilah kesempurnaan pada diri seseorang . kemudian ia menyempurnakan orang lain dengan berwasiat kepadanya agar melakukan hal yang sama dan bersabar didalamnya. Jadi ia menyempurnakan dirinya sendiri dengan ilmu yang bermanfaat dan amal soleh serta menyempurnakan orang lain dengan mengajarkan hal yang sama pada mereka dan berwasiat kepada mereka agar mereka memegang kebenaran dan agar mereka bersabar dalam menjalankannya. Karena itu Imam Syafi'i Rohimahulloh berkata : " Seandainya manusia berfikir mengenai surat Al 'ashr, niscaya itu mencukupi mereka".

TIADA KEBAHAGIAAN, KENIKMATAN YANG SEMPURNA BAGI HATI KECUALI BILA MENJADIKAN ALLOH SWT, SEBAGAI SATU-SATUNYA ILAH YANG DIIBADAHI DAN DICINTAI DARI SELAINNYA.

Kebahagiaan haqiqi seorang hamba adalah terletak pada realisasi dari firman Alloh Ta'ala :

Artinya : " Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan ". ( Q.S. AlFatihah : 5 ).

Kata 'Ubudiyah mengandung pengertian sesuatu yang dituju dan dicari, dalam bentuk yang sempurna. Sedangkan tempat memohon pertolongan, berarti Dialah yang dimintai pertolongan untuk memperoleh apa yang dicari. Yang pertama adalah makna 'UluhiyahNya sedangkan yang kedua adalah makna RububiyahNya. Ilah adalah sesuatu yang diibadahi oleh hati, dengan kecintaan, inabah, pemuliaan, penghormatan, pengagungan, kerendahan, ketundukan, ketakutan, pengharapan dan tawakkal. Sedangkan Robb adalah yang memelihara hambaNya, menciptakanya, dan menunjukkanya kepada kemaslahatan-kemaslahatannya. Tidak ada Ilah dan Robb selain Alloh SWT.

Ibadah mengandung dua dasar : Cinta dan penyembahan. Menyembah disini artinya merendahkan diri dan tunduk. Siapa yang mengaku cinta tapi tidak tunduk, maka berarti bukan orang yang menyembah. Siapa yang tunduk tapi tidak cinta, juga bukan orang yang menyembah. Isti'anah ( memohon pertolongan ) menghimpun dua dasar yaitu kepercayaan kepada Alloh dan penyandaran kepadaNya. Tawakkal merupakan makna yang cocok dengan dua dasar ini, kepercayaan dan penyandaran sekaligus merupakan hakekat iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in. Dua dasar ini yaitu tawakkal dan ibadah disebutkan secara berurutan dibeberapa tempat dalam AlQur'an diantaranya :

Artinya : " Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan ".( Q.S.Hud : 123 ).

Artinya :" Demikianlah, Kami telah mengutus kamu pada suatu umat yang sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumnya, supaya kamu membacakan kepada mereka (Al Qur'an) yang Kami wahyukan kepadamu, padahal mereka kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Katakanlah: "Dialah Tuhanku tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya aku bertaubat".( Q.S. Ar Ro'du : 30 ).

Alloh Ta'ala menciptakan manusia hanya untuk beribadah kepadaNya. Ini mencakup keharusan untuk mengenalNya, berinabah ( kembali ) kepadaNya, mencintaiNya dan mengikhlaskan amalan untukNya. Ini merupakan hak Alloh yang wajib dipenuhi oleh hamba-hambaNya yaitu hendaklah mereka beribadah kepadaNya dan tidak mempersekutukanNya dengan sesuatu. Dalam hadist shohih yang diriwayatkan oleh Mu'adz bin Jabal RA. Dari nabi SAW bersabda :

Artinya : " Tahukah engkau hak Alloh terhadap hamba-hambaNya ? Mu'adz menjawab : " Alloh dan RosulNya yang lebih mengetahui ". Beliau bersabda : " Hak Alloh terhadap hamba-hambaNya adalah hendaklah mereka beribadah kepadaNya dan tidak mempersekutukanNya dengan sesuatu. Tahukah engkau apakah hak hamba terhadap Alloh jika mereka telah melaksanakan itu ? Mu'adz menjawab : Alloh dan RosulNya yang lebih mengetahui ". Beliau menjawab : "Hak hamba terhadap Alloh adalah Alloh tidak mengadzab mereka dengan neraka.". ( H.R. Al Bukhori, Muslim, At Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad ).

Karena itulah Alloh SWT mencintai hamba-hambaNya yang beriman dan bertauhid serta bergembira atas taubat mereka. Selain itu di dalam tauhid juga terkandung kelezatan, kebahagiaan, dan kesenangan seorang hamba yang paling besar dan haqiqi. Sebaliknya barangsiapa yang menyerahkan 'ubudiyahnya kepada selain Alloh, lalu seakan-akan ia memperoleh semacam manfaat dan kebahagiaan, maka sesungguhnya bahayanya jauh lebih besar dari pada manfaatnya. Sesungguhnya di alam semesta ini tidak ada sesuatupun selain Alloh yang bisa menjadikan hati menjadi tenang, tentram, senang dan bahagia.

Firman Alloh Ta'ala : Surat Al Anbiya': 22 :

Artinya : "Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai `Arsy daripada apa yang mereka sifatkan".

Sebagaiman langit dan bumi, apabila didalam hati seorang hamba terdapat Ilah yang diibadahi selain Alloh Ta'ala, maka tentulah hati tersebut akan rusak binasa yang tidak bisa diharapkan perbaikannya, kecuali jika membuang Ilah selain Alloh dari hatinya dan mengganti hanya Alloh saja yang menjadi Ilah yang diibadahi, dicintai, diharap dan ditakutinya serta yang menjadi tempat bertawakkal dan berinabah.

Kebutuhan hamba untuk beribadah kepada Alloh saja tanpa mempersekutukanNya, adalah merupakan kebutuhan yang tiada taranya bagi hamba tersebut. Sebagaimana kebutuhan jasad atas makanan,minuman dan nafas. Sesungguhnya jati diri seorang hamba adalah hati dan ruhnya. Yang keduanya tidak akan baik kecuali dengan Ilahnya yang haq yaitu Alloh Ta'ala. Yang tiada Ilah selainNya. Ia tidak akan tenang kecuali dengan mengingat Alloh, dan tidak akan tentram dan bahagia kecuali dengan ma'rifat dan mencintaiNya, ia bersungguh-sungguh dalam perjalanan menujuNya dan mempunyai keyakinan yang kuat akan kembali dan berjumpa dengan Alloh.

Firman Alloh :

Artinya :" (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya " ( Q.S. Al Baqoroh : 46 ).

Tidak ada kebaikan bagi hamba kecuali memurnikan kecintaan, ibadah, rasa takut dan harapan kepada Alloh SWT. Sekalipun ia bisa memperoleh kesenangan dan kegembiraan dengan selain Nya, tetapi itu tidaklah kekal. Kesenangannya itu akan berpindah dari satu jenis ke jenis yang lain, dari satu orang kepada orang lain. Dalam satu kondisi ia merasa senang dengan ini, tetapi dalam kondisi lain ia merasa senang dengan itu. Bahkan seringkali apa yang mendatangkan kesenangan kepadanya itu menjadi penyebab utama penderitaan dan kesusahannya.

Adapun Ilahnya yang haq yaitu Alloh SWT, hamba pasti akan memperoleh kebahagiaan dariNya dalam setiap waktu dan keadaan. Dimanapun dia berada keimanan, kecintaan, ibadah, penghormatan dan dzikir kepadaNya selalu merupakan sumber gizi, kekuatan dan kebaikan manusia. Sesungguhnya ibadah, ma'rifah, tauhid dan syukur kepada Alloh adalah merupakan penyenang hati manusia, kelezatan paling tinggi bagi ruh dan nuraninya serta kenikmatan paling baik yang diperoleh oleh orang yang layak memperolehnya. Penderitaan dan pembebanan bukanlah tujuan utama dalam berbagai ibadah dan perintah Alloh, sekalipun dalam sebagiannya penderitaan dan beban itu terjadi sebagai akibat, disebabkan factor-faktor yang menuntutnya yang harus dilaksanakan di dalam ibadah tersebut. Misalnya firman Alloh Ta'ala :

Artinya : " Alloh tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya ". ( Q.S. Al Baqoroh : 286 )

Artinya : " Kami tidak membebani seseorang melainkan sekedar kesanggupannya ". ( Q.S. AlAn'am : 152 ).

Memang perintah-perintah Alloh disebut sebagai pembebanan, tetapi itu hanya dalam bentuk penafian ( peniadaan ). Alloh Ta'la sama sekali tidak pernah menamai perintah-perintahNya, wasiat-wasiatNya dan SyariatNya dengan pembebanan, tetapi menamainya dengan Ruh ( nyawa ), Nur ( cahaya ), Syifa ( penawar ), Huda ( petunjuk ), Rahmat, Hayat ( kehidupan ), Ahd ( perjanjian ), wasiat dan sebagainya.

Firman Alloh SWT :

Artinya : " Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. ( Q.S. Yunus : 57 ).

Artinya : " Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian ( Q.S.Al Isro' : 82 )

]Perintah-perintah, hak-hak, peraturan-peraturan Alloh yang diwajibkan kepada hambaNya dengan itulah ia akan sehat, bahagia, senang dan meraih kesempurnaan di dunia dan di akhirat. Bahkan tidak ada keceriaan, kesenangan, kelezatan dan kenikmatan baginya secara hakiki kecuali dengan itu.

Sebagaimana Alloh SWT berfirman :

Artinya : " Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan". (Q.S. Yunus : 57-58 ).

Abu Sa'id AlKhudri rohimahulloh berkata : " Karunia Alloh adalah AlQur'an sedangkan RahmatNya adalah bahwa Dia telah menjadikan kalian sebagai ahlinya ".

Ibnu Abbas, Al Hasan, Qotadah berkata : " Karunia Alloh adalah Islam, sedangkan Rahmatnya ialah AlQur'an ".

PANGKAL YANG BISA MENJADIKAN SUCINYA HATI DAN RUH ITU ADALAH TAUHID DAN YANG MENGOTORI DAN MERUSAKNYA ADALAH SYIRIK DAN KEMAKSIATAN.

Firman Alloh SWT :

Artinya : " sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. ( Q.S. As Syam : 9-10 )

Al Hasan berkata : " Sungguh beruntunglah barangsiapa yang menyucikan jiwanya. Ia memperbaikinya dan membawanya kepada ketaatan kepada Alloh Ta'ala. Dan sungguh merugilah barangsiapa yang membinasakannya dan membawanya kepada kemaksiatan terhadap Alloh Ta'ala Ibnu Qutaibah berkata : " Maksudnya sungguh beruntunglah barangsiapa yang mensucikan jiwanya, yaitu orang yang menumbuhkan dan meningkatkannya dengan ketaatan, kebajikan dan perbuatan yang ma'ruf. Dan sungguh merugilah barangsiapa yang mengotorinya, maksudnya mengurangi dan mengotorinya dengan meninggalkan amal kebajikan dan melakukan kemaksiatan".

Suci dan sehatnya hati secara sempurna adalah dengan lurusnya ma'rifat dan tauhidnya kepada Alloh SWT. Hati yang suci dan sehat tersebut akan selalu memacu pemiliknya untuk berinabah dan tunduk kepada Alloh serta selalu terpaut denganNya. Tiada kehidupan, kebahagiaan, kenikmatan dan kesenangan baginya kecuali dengan ridhoNya, berdekatan denganNya, dengan Alloh ia akan menjadi tenang, kepadaNya ia memperoleh ketentraman dan perlindungan. Bila ia telah memperoleh ketenangan dari Robbnya maka kegelisahan hatinya telah hilang dan terobati, karena sesungguhnya hati itu memiliki kebutuhan yang tidak akan bisa dipenuhi oleh apapun, kecuali oleh ma'rifat, cinta, takut, harap dan ridho kepada Alloh Ta'ala.

Yahya bin Mu'adz Rohimahulloh berkata : " Barangsiapa merasa senang dengan berbakti kepada Alloh, niscaya segala sesuatu akan merasa senang kepadanya ".

Alloh SWT menyebut perbuatan syirik, zina dan liwath ( homoseksual ) sebagai barang yang najis dan kotor dan keji didalam AlQur'an. Firman Alloh :

Artinya : " Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana ".( Q.S. At Taubah : 28 ) Artinya : "dan kepada Luth, Kami telah berikan hikmah dan ilmu, dan telah Kami selamatkan dia dari (azab yang telah menimpa penduduk) kota yang mengerjakan perbuatan keji. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik ".( Q.S. Al Anbiya : 74 ).

Artinya : "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga). ( Q.S. An Nuur : 26 ).

Kenajisan syirik bersifat dzatiyah. Karena itu Alloh menyebut perbuatan syirik dengan sebutan najasun, dengan harokat fathah pada huruf jim, bukan dengan sebutan najisun dengan harokat kasroh. Najasun dengan fathah pada huruf jim, berarti kotoran sedangkan najisun dengan kasroh berarti benda yang terkena kotoran. Pakaian yang terkena air kencing adalah najisun, sedangkan air kencingnya adalah najasun. Kemusyrikan adalah perbuatan zholim, buruk dan kemungkaran yang paling besar, maka ia merupakan hal yang paling dimurkai dan dibenci oleh Alloh Ta'ala. Alloh memberikan hukuman sebagai akibat perbuatan ini, yang tidak diberikanNya sebagai akibat perbuatan dosa lainnya. Ini disebabkan karena perbuatan syirik merupakan pelanggaran terhadap hak Rububiyah, pengurangan terhadap keagungan Ilahiyah dan persangkaan buruk kepada Alloh.

Artinya : " dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. Dan (neraka Jahannam) itulah sejahat-jahat tempat kembali ".(Q.S. Al Fath : 6 ).

Alloh SWT menyebutkan bahwa orang-orang musyrik itu tidak menghormati dan mengenal Alloh dengan sebenar-benar pengenalan dan penghormatan di tiga tempat dalam AlQur'an, yaitu

Artinya : "Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya dikala mereka berkata: "Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia". Katakanlah: "Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui (nya)?" Katakanlah: "Allah-lah (yang menurunkannya)", kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Qur'an kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.( Q.S. Al An'aam : 91 ).

Artinya : " Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. ( Q.S. Al Hajj : 73-74 ).

Artinya : " Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan ( Q.S. Az Zumar : 67 ).

Tindakan orang-orang musyrik mempersamakan Alloh dengan sesuatu yang lain, ini diakui oleh orang-orang musyrik ketika mereka telah berada dalam neraka. Firman Alloh :

Artinya : "demi Allah: sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata, karena kita mempersamakan kamu dengan Tuhan semesta alam". (Q.S. As Syu'aro : 97-98 ).

Maksudnya mereka tidak mempersamakan tuhan-tuhan mereka dengan Alloh dalam dzat, sifat dan perbuatan. Mereka juga tidak mengatakan bahwa tuhan-tuhan mereka telah menciptakan langit dan bumi atau menghidupkan dan mematikan. Namun mereka mempersamakan tuhan-tuhan mereka itu dengan Alloh dalam kecintaan, penghormatan dan ibadah yang mereka lakukan kepada tuhan-tuhan mereka.

FITNAH CINTA DUNIA DAN KETERGANTUNGAN KEPADANYA

Sesungguhnya ketergantungan hamba kepada selain Alloh Ta'ala merupakan madhorot baginya, apabila ia mengambil melebihi kadar kebutuhannya dan tidak mempergunakannya dalam rangka ketaatannya kepada Alloh SWT. Bagaimanapun seseorang yang mencintai selain Alloh, niscaya ia tetap akan berpisah dan meninggalkannya. Bila ia mencintai hal itu bukan karena Alloh, niscaya cintanya itu akan memberikan madhorot baginya dan ia akan tersiksa oleh apa yang dicintainya itu di dunia maupun diakhirat. Firman Alloh :

Artinya : " Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu".( Q.S.At Taubah : 34-35 ).

Firman Alloh SWT :

Artinya : " Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir". ( Q.S. At Taubah : 55 ).

Dari ayat diatas bahwa penyiksaan mereka dengan harta benda dan anak-anak adalah dalam keadaan yang bisa disaksikan, orang-orang yang mencari dan mencintai dunia serta lebih mengutama-kannya daripada akhirat, tersiksa dengan kerakusan untuk memperolehnya, kepayahan yang luar biasa dalam mengumpulkannya dan berbagai macam penderitaan lainnya. Anda tidak akan menemukan orang yang lebih kepayahan daripada orang yang menjadikan dunia sebagai puncak obsesinya ( cita-citanya ) dan dengan susah payah ingin memperolehnya. Pecinta dunia tidak akan lepas dari tiga hal, yaitu : keinginan yang terus menghantui, kepayahan yang berkepanjangan dan penyesalan yang tidak pernah berakhir.

Ibnu Abid Dunya menyebutkan bahwa AlHasan AlBashri pernah menulis kepada Umar bin Abdul Aziz :" Amma ba'du, sesungguhnya dunia adalah tempat keberangkatan, bukan tempat tinggal. Adam Alaihissalam diturunkan ke dunia tidak lain sebagai hukuman, karena itu hati-hatilah terhadapnya. Sesungguhnya, bekal darinya adalah meninggalkannya dan kekayaan didalamnya adalah kefakirannya. Setiap saat, ia bisa membunuh. Orang yang memuliakannya akan terhina, dan orang yg mengumpulkannya pasti menjadi fakir. Ia ibarat racun yang dimakan oleh orang yang tidak mengetahuinya, padahal ialah yang akan membunuhnya. Maka, hati-hatilah dinegeri yang menipu, memperdaya dan memberikan banyak khayalan ini yang berhias dengan segala tipu dayanya, menyesatkan dengan bujuk rayunya, menipu dengan harapan-harapannya, dan berdandan untuk para peminangnya". Hadist dari Anas RA. Dari Nabi SAW bersabda :

Artinya : " Barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuannya, maka Alloh menjadikan kekayaan terletak didalam hatinya, menghimpun persatuannya, dan dunia akan datang kepadanya dengan tunduk. Adapun barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, maka Alloh menjadikan kefakirannya berada dipelupuk matanya, memecah belah persatuannya, dan dunia tidak datang kepadanya kecuali yang telah ditakdirkan untuknya ".( H.R. At Tirmidzi ).

Dari hadist diatas, terlihat jelas ketenangan yang dirasakan oleh orang yang menjadikan akhiratnya sebagai tujuannya, berbeda dengan ahli dunia, salah satu siksaan yang paling berat di dunia adalah pemecah-belahan persatuan dan hati serta kefakiran yang membayang di pelupuk mata. Hadist dari Abu Hurairoh RA. Dari Nabi SAW bersabda :

Artinya : " Alloh Tabaroka Wa Ta'la berfirman : "Wahai anak cucu Adam! Curahkanlah dirimu untuk beribadah kepadaKU, niscaya Kupenuhi hatimu dengan kekayaan dan Kututup kebutuhanmu. Jika kamu enggan, niscaya Kupenuhi kedua tanganmu dengan kesibukan, tetapi tidak Kututup kebutuhanmu" ( H.R.At Tirmidzi ).

Ini juga salah satu jenis siksaan yaitu kesibukan hati dan badan, memikul beban penderitaan dunia dan sikap permusuhan penduduk dunia kepadanya ". seorang salaf berkata : " Kasihan ahli dunia, ia keluar dari dunia tanpa merasakan kenikmatan yang paling baik yang ada didalamnya", ia di Tanya : " apakah kenikmatan yang paling baik didalamnya ? ". Ia menjawab : " Kecintaan kepada Alloh dan kerinduan untuk berjumpa denganNya, serta kenikmatan mengingat dan mentaatinya ".

KEBAHAGIAAN MELIHAT WAJAH ALLOH DI AKHIRAT ADALAH KELANJUTAN DARI KEBAHAGIAAN MENGENAL DAN MENCINTAINYA DI DUNIA.

Tidak ada kenikmatan di surga yang sebanding dengan kenikmatan memandang wajah Alloh Ta'ala. Begitu pula tidak ada kenikmatan di dunia yang sebanding dengan kenikmatan mencintai, mengenal, dan merindukan perjumpaan dengan Alloh SWT.

Rosululloh SAW bersabda :

Artinya : " Apabila ahlul jannah telah memasuki jannah, ada penyeru meneriakkan : " Wahai Ahlul Jannah, sesungguhnya Alloh mempunyai janji kepada kalian yang hendak dipenuhiNya". Mereka menjawab : " apakah itu ? bukankah Dia telah memutihkan wajah kami, memberatkan timbangan kami, memasukkan kami kedalam jannah dan menyelamatkan kami dari neraka ? ". maka dibukalah tabir sehingga mereka bisa melihatNya. Tidak ada sesuatupun yang diberikan Alloh kepada mereka, yang lebih mereka cintai daripada melihat kepadaNya ". ( H.R. Ibnu Majah).

Artinya : " Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam keni'matan yang besar (surga), mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. ( Q.S. Al Muthoffifin : 22-23 ).

Kenikmatan memandang wajah Alloh SWT, merupakan kelanjutan dari kenikmatan mengenal dan mencintaiNya. Kenikmatan itu timbul dari perasaan dan kecintaan, maka semakin orang yang mencintai itu mengenal akan yang dicintainya dan semakin besar cintanya kepadanya, maka semakin besar pula kebahagiaanya ketika berdekatan, melihat dan sampai kepadanya. Sesuatu yang terbaik di akhirat yaitu memandang wajah Alloh SWT merupakan lanjutan dari sesuatu yang terbaik di dunia yaitu kerinduan untuk berjumpa dengan Alloh SWT. Wallohua'lam bishshowab.