Kamis, 18 November 2010

Hakekat dan Kesempurnaan Taqwa

Hakekat Taqwa

Ibnul Qayyim Aljauzi rahimahulloh, berkata : " Hakekat Taqwa adalah melaksanakan ketaatan kepada Alloh atas dasar iman dan ihtisab. Baik berupa perintah maupun larangan. Melaksanakan segala yang diperintahkan Alloh seraya mengimani-Nya dan membenarkan janji-Nya, serta meninggalkan apa saja yang dilarang Alloh seraya mengimani-Nya dan membenarkan ancaman-Nya.

Tholaq bin Habib rahimahulloh berkata : “ jika terjadi fitnah, maka padamkanlah fitnah itu dengan taqwa “, orang-orang bertanya padanya : “ apakah taqwa itu ? ” Tholaq menjawab : “ Taqwa adalah hendaknya kamu melaksanakan ketaatan kepada Alloh diatas petunjuk dari Alloh dengan mengharap pahala Alloh, dan hendaknya kamu meninggalkan kemaksiatan kepada Alloh diatas petunjuk dari Alloh dengan takut kepada hukuman Alloh “.

Setiap amal haruslah ada landasan dan tujuannya. Suatu amal tidak akan bernilai ketaatan dan ibadah sehingga harus benar landasan dan tujuan dari amal tersebut. Landasannya harus hanya iman, bukan karena hawa nafsu, bukan karena mencari pujian maupun kedudukan di mata manusia, motivasinya harus berangkat hanya dari imannya kepada Alloh SWT, dan inilah yang disebut IMAANAN.
Demikian juga dengan tujuan dari amal itu haruslah hanya untuk mengharap pahala dan keridloan Alloh, dan inilah yang disebut dengan IHTISAABAN.
Inilah kiranya sering disebut dua hal pokok ini secara berbarengan, seperti dalam sabda Nabi Muhammad SAW : “ Barangsiapa berpuasa Romadhon karena iman dan ihtisab, maka akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu “.

Makna Taqwa didalam Al-Qur’an

Di dalam Al-Qur’an, takwa hadir dengan tiga makna :

1. Khasyyah ( rasa takut berbalut cinta ) dan Haibah ( rasa takut berbalut pengagungan ).
Alloh berfirman : “ Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (Al Qur'an) yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa “ ( Al-Baqoroh : 41 ). Taqwa disini bermakna Khasyyah ( rasa takut berbalut cinta )

Alloh berfirman : “Dan peliharalah dirimu dari (adzab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan) “ ( Al-Baqoroh : 281 ). Taqwa disini bermakna Haibah ( rasa takut berbalut pengagungan ).

2. Taat dan ibadah
Alloh berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam “ ( Ali-imron : 102 ).

Ibnu Abbas rahimahulloh menafsiri ayat ini dengan mengatakan : “ Taatilah Alloh dengan sebenar-benar ketaatan “. Mujahid mengatakan : “ yakni Alloh ditaati dan tidak dihurhakai, diingat dan tidak dilupakan serta disyukuri dan tidak dikufuri “.

Ibnu Rajab rahimahulloh mengatakan : “ melaksanakan segala bentuk ketaatan masuk ke dalam bagian mensyukuri-Nya. Makna mengingat-Nya dan tidak melupakan-Nya adalah mengingat segala perintah Alloh dengan hati, baik berkaitan dengan gerak geriknya, diamnya, maupun ucapannya, lalu dia mewujudkannya dalam amal. Juga mengingat segala larangan Alloh lalu dia menjauhinya “ .

3. Membersihkan hati dari berbagai dosa
Alloh berfirman : “ Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan “ ( An-Nur : 52 ).

Pada ayat diatas, Alloh SWT menyebut ketaatan lalu khasyyah dan kemudian menyebut taqwa. Dari sini dapat diketahui, bahwa hakekat taqwa disamping ketaatan dan khasyyah adalah membersihkan hati dari berbagai dosa.

Kesempurnaan Taqwa

Abu Darda’ Radhiallohu anhu berkata :
“ Sempurnanya taqwa adalah jika seorang hamba bertaqwa kepada Alloh sampai pada perkara seberat biji sawi, sampai dia meninggalkan sebagian perkara yang dia lihat sebagai sesuatu yang halal lantaran khawatir jika ternyata itu adalah perkara haram, sehingga kiranya dapat menjdi penghalang antara dirinya dengan yang haram. Alloh berfirman : “ Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula “ ( Al-Zalzalah : 7-8 ). Maka janganlah kamu menyepelekan satu kebaikanpun untuk kamu kerjakan dan jangan pula menyepelekan satu kejahatanpun untuk kamu jauhi “.

Abu Hurairah Radhiallohu anhu ketika beliau ditanya tentang taqwa, maka beliau berkata : “ Pernahkah engkau melewati jalan yang berduri ? apa yang kamu lakukan ? maka orang yang bertanya menjawab : “ jika ku lihat ada duri maka aku akan menjauhinya supaya aku tidak menginjaknya “. Maka Abu Hurairoh berkata : “ seperti itulah taqwa “.

Al-Hasan rahimahulloh berkata : “ Taqwa melekat pada orang-orang yang bertaqwa sehingga mereka meninggalkan banyak perkara yang halal lantaran takut terperosok kepada yang haram “.

Sofyan Atsauri rahimahulloh berkata : “ Mereka disebut sebagai orang-orang yang bertaqwa karena mereka menjaga diri dari perkara-perkara yang sebenarnya tidak mengapa dilakukan “.

Musa bin A’yun rahimahulloh berkata : “ Orang-orang yang bertaqwa menjauhi berbagai perkara yang halal lantaran takut terjerumus kepada yang haram. Oleh karena itulah Alloh menyebut mereka sebagai orang-orang yang bertaqwa “.

Maimun bin mihran rahimahulloh berkata : “ Seorang yang bertaqwa lebih mengintropeksi dirinya dari pada seorang sekutu yang bakhil meneliti sekutunya “.

0 komentar:

Posting Komentar