Jumat, 13 Februari 2009

KETIKA MAUT ITU DATANG...

Menjelang wafatnya, Khalifah Umar bin 'Abd Al-Aziz, berdoa : "Ya Allah! Sembunyikanlah kematianku dari mereka, meski hanya sesaat." Istrinya Fatimah binti 'Abd Al-Malik bin Marwan juga mendengar lamat-lamat suara suaminya itu dari balik kamarnya yang berkubah. Umar berkata, "Negeri akhirat itu Kami jadikan bagi mereka yang tidak menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi, dan kesudahan yang baik adalah bagi mereka yang bertakwa" (Qur'an Surat Al-Qhashash ayat 83).

Para sahabatnya bertanya, "Wahai Amirul Mukminin! Berikanlah kepada kami perintah Tuan yang terakhir." Khalifah menjawab, "Kuperingatkan kalian akan kematian sebab kalian juga pasti akan menghadapinya."

Umar kemudian menangis. Dan seseorang bertanya, "Apa yang membuatmu menangis, wahai Amirul Mukminin? Bergembiralah, sebab melalui diri Anda, Allah telah menghidupkan kembali Sunnah-sunnah Nabi, dan menegakkan keadilan."

Khalifah yang dikenal sebagai pemimpin ummat yang adil itu tetap menangis, dan berkata, "Tidakkah aku akan diperintahkan berdiri dan aku akan dimintai pertanggungjawaban atas kekuasan yang kupegang terhadap mahluk-mahlukNya?
Demi Allah, seandainya aku telah berlaku adil kepada manusia, aku masih tetap khawatir bahwa jiwaku tidak akan mampu menyampaikan pembelaannya kecuali jika Allah mengizinkan pembelaannya. Lalu, bagaimana jika aku telah melakukan begitu banyak kekhilafan?" Air matanya berlinang.
Tak lama kemudian dia pun meninggal dunia.

Ketika Bilal mendekati kematiannya, istrinya meratap, "Ah, betapa malangnya!"
Tapi Bilal malah berkata, "Jangan mengeluh, tapi katakanlah Betapa bahagianya, sebab esok hari aku akan segera bertemu dengan orang-orang yang kucintai, Muhammad SAW dan para sahabatnya."

Ahmad bin Khidzrawaih, seorang sufi, tatkala menjelang ajalnya ditanya anaknya, dan dengan air mata berlinang dia berkata : "Wahai anakku! Pintu yang telah kuketuk selama sembilan puluh lima tahun kini telah terbuka. Akan tetapi aku belum tahu apakah dia terbuka demi kebahagiaan ataukah penderitaan. Jadi, bagaimana mungkin aku masih punya waktu untuk menjawab pertanyaanmu?"

Kematian, jenazah dan keranda sesungguhnya merupakan pelajaran bagi orang yang memiliki mata hati, dan padanya terdapat nasihat dan peringatan - kecuali bagi orang-orang yang lalai yang terbentuk karena perbuatan maksiat, dosa dan nista. Sebab itu, ketika melihat keranda yang diusung, hendaklah orang tidak lupa bahwa suatu saat dirinya yang akan diusung. Esok atau lusa.

Ibrahim Al-Zayyat tatkala melihat sekelompok orang sedang memohon rahmat Tuhan untuk orang yang telah meninggal, berkata : "Adalah lebih baik jika kalian memohon belas kasih untuk diri kalian sendiri. Ini karena orang yang meninggal dunia itu telah terbebas dari tiga hal yang menakutkan : melihat wajah Malaikat Maut yang kini telah dilihatnya, kepahitan maut yang sudah dia rasakan, dan takut terhadap maut yang sekarang dia telah terbebas darinya."

Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya perumpamaan seorang Mukmin di dunia bagaikan seorang bayi di dalam perut ibunya, yang menangis ketika dilahirkan tapi ketika melihat cahaya dan mulai menyusu, maka dia tak lagi berkehendak untuk kembali ke tempat tinggalnya yang lama.
Demikianlah pula halnya orang beriman. Dia menderita pada saat kematian, tapi ketika dia dibawa ke hadirat Tuhannya, dia tak lagi ingin kembali ke dunia seperti halnya seorang bayi yang tak ingin kembali ke dalam perut ibunya."

"Orang yang mati itu mengetahui siapa yang memandikannya, mengusungnya, dan meletakkannya ke dalam liang lahat," demikian sabda Rasulullah SAW sebagaimana disampaikan Abu Sa'id Al-Khudhri.

Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad bersabda, "Ketika seorang beriman telah berada di ambang ajalnya, dia didekati oleh malaikat yang membawa seikat daun selasih manis dan kain sutra yang diberi minyak wangi. Malaikat itu mencabut ruhnya seperti menarik sehelai rambut dari gumpalan tepung, dan kepadanya dikatakan, Wahai jiwa yang tenang! Keluarlah dalam keadaan rela dan diridhoi menuju rahmat dan kemuliaan Tuhanmu! Ruhnya yang telah dicabut itu ditempatkan di antara minyak wangi dan daun selasih manis itu, lalu kain sutra itu dilipat di atasnya, kemudian dibawa menuju Illiyin (sebuah tempat tertinggi di sorga).

"Sebaliknya, ketika seorang kafir telah mendekati ajalnya, malaikat datang dengan membawa bara api dan malaikat mencabut ruhnya dengan keras. Kepadanya dikatakan, Wahai jiwa yang keji! Yang membenci dan dibenci, keluarlah menemui kemurkaan Tuhan dan siksaNya. Ruh yang telah dicabut itu diletakkan di atas bara yang mendesis-desis itu dan kain hitam itupun dilipat di atasnya, lalu iapun dibawa menuju Sijjin. (sebuah tempat terendah di neraka)."

Di dalam kuburan, menurut Hudzaifah yang mengutip Rasulullah, seseorang akan dijepit sedemikian rupa sehingga tulang-tupang iganya akan remuk.

Anas berkata, "Ketika Zainab putri Rasulullah SAW meninggal dunia, dan dia adalah seorang perempuan yang sering menderita sakit, Rasulullah mengiringi jenazahnya, dan kami merasa sangat bersedih melihat keadaan beliau. Ketika kami tiba di tempat pemakaman, beliau turun ke dalamnya dan wajahnya menjadi pucat, tetapi ketika beliau keluar lagi, wajahnya bersinar-sinar. Wahai Rasulullah! Kami bertanya, kami melihat sesuatu terjadi pada dirimu. Apakah itu? Beliau menjawab, Aku ingat jepitan kubur yang akan dialami oleh putriku dan beratnya azab kubur. Akan tetapi, kemudian aku didatangi dan kepadaku disampaikan bahwa anakku telah diringankan oleh Allah dari hal itu. Namun jepitan yang telah diringkankan itu masih menyisakan suara jepitan yang terdengar dari timur sampai ke barat."



0 komentar:

Posting Komentar